Posts

Showing posts from 2015

Salah Jurusan?

Image
Sampai detik ini, sudah berapa lama kita hidup? Sudah berapa banyak hal-hal baik dan buruk yang menimpa kita? Sudah berapa kali kita merasa bahagia maupun menyesal? Tak terhitung, jari-jari kaki dan tangan nggak akan habis menghitung itu semua. Tapi, coba direnungkan sebentar dan diingat-ingat, lebih banyak manakah antara diri kita merasa bahagia dengan merasa menyesal?

Apresiasi PULANG: Rumahmu adalah Dirimu

Image
Judul  : Pulang Penulis  : Tere Liye Penerbit  : Republika Tebal Buku  : iv + 400 hal; 13.5x20.5 cm Tahun Terbit  : 2015 Berapa kali aku menulis kisah-kisah tentang Pulang di sini? Rasanya sering sekali aku menulis hal itu dan kali ini aku akan menuliskannya lagi, tapi dengan konsep yang berbeda. Tahun 2012 lalu aku menulis kisah pulang dari novel Leila S. Chudori yang berjudul 'Pulang'. Kali ini, aku akan menulis kisah pulang dari novel terbaru Tere Liye yang juga berjudul 'Pulang'. Tidak, novel ini tidak berbicara hal-hal klise soal pulang, yakni cerita seseorang yang merantau lalu kembali pulang. Lebih kompleks lagi, kali ini Tere Liye menghadirkan kisah yang cukup menegangkan. Kavernya yang berwarna biru dan menampilkan gambar senja di laut ternyata sungguh mengecoh hipotesis kita soal cerita yang akan dikisahkan dalam novel ini. Membaca novel ini kita diajak bertarung, saling pukul, merancang strategi, berdarah-darah, hingga membunuh. Lantas apa

Bersilaturrahmi di Era Media Sosial

Image
Sumber: http://www.techcrates.com/improve-social-media-presence/ Terakhir kali aku mudah bersua dengan teman-temanku sepertinya adalah empat tahun yang lalu, semenjak kami semua lulus SMA bareng dan melanjutkan studi ke perguruan tinggi sesuai pilihan kami. Sejak itu, aku berpisah dengan mereka semua lantaran aku harus hengkang dari kampung halaman menuju ke perantauan tempatku akan melanjutkan studi. Dan sejak itu tentu saja aku kesulitan untuk bisa bertatap muka langsung meski cuma sekadar mengucap "Hi! Apa kabar?" dengan sahabat-sahabatku di Jogja. Sejak itu pula, bisa dibilang hubungan kami menjadi lebih dan lebih renggang karena komunikasi hanya dilakukan dengan chatting via Facebook maupun Yahoo! Messanger (waktu itu belum marak penggunaan smartphone, masih zamannya pakai BBM). 

Jatinangor 19 Derajat

Image
Selamat malam, semesta Kemarau sudah tiba, waktu-waktu jenuh di lapangan sudah usai. Akhirnya, aku kembali lagi ke sini, pijakan pertama rantauku, Jatinangor. Sebuah daerah kecil yang selalu berpura-pura berlagak seperti kota. Sebuah daerah kecil yang pada awalnya menyebarkan benih benci, enggan, segan tapi setelah empat tahun berjalan, benih itu nyatanya tumbuh menjadi rasa cinta dan rindu. Sebuah daerah kecil yang siapa pun para perantau di sini tak ingin tinggal, yang tak pernah disangka-sangka rupanya, namun pada akhirnya ia menjadi persinggahan hati kami. Daerah kecil ini bernama Jatinangor.

Kisah Naif Pejuang Cinta, Ayah

Image
Judul : Ayah Penulis : Andrea Hirata Penerbit : Bentang Pustaka Tebal :432 Halaman ISBN :  978-602-291-102-9 Sabari jatuh cinta mati kepada Marlena. Ia memperjuangkan rasanya tersebut selama kurang lebih 11 tahun lamanya demi mendapat balas cinta dari Lena. Perjuangannya berhasil. Ia dan Lena akhirnya menikah dan punya anak yang dipanggilnya Zorro lantaran si bocah yang secara fisik jauh lebih baik dari ayahnya ini sedari bayi tidak ingin melepaskan boneka Zorro pemberian ayahnya. Sabari sangat menyayangi Zorro. Sayangnya, Lena hingga Zorro lahir tidak sedikitpun menaruh cinta pada Sabari hingga akhirnya ia meminta cerai. Lena membawa Zorro dan tinggallah Sabari sendirian. Sejak saat itu hidup Sabari berantakan dan tingkahnya sudah hampir mirip orang gila. Beruntung ia punya sahabat karib bernama Ukun dan Tamat yang sampai Sabari cerai pun masih jadi bujang bangkotan. Ukun dan Tamat turut berjuang membantu Sabari agar dirinya tak terlanjur gila dengan mencari Lena dan Zo

Sebongkah Kisah Seru Hari Ini: Bagai Dapat Durian Runtuh!

Image
Kemarin malam, tepatnya 14 Mei 2015 sekitar pukul 20.30 terjadi kebakaran cukup hebat di area Pasar Panorama Lembang alias Pasar Lembang. Kalau ngelihat foto-fotonya, sih memang apinya gede banget dan dahsyat. Berita ini pertama aku dapet dari fanpage PRFM di facebook. Oke, cukup tau aja sih awalnya. Lalu, sekitar pukul 00.16 ketika aku masih asik rumpi sama sepupu paling rempong sedunia, Anita, hapeku getar. Kupikir itu notif chat dari grup LINE yang biasanya pada suka diskusi malem-malem. Pas dibuka ternyata itu notif WA dari Pak Pemred terhormat. Pas lagi seru-serunya rumpi tetiba emosi langsung jadi bete karena ternyata Pak Pemred di tengah malam begitu ngasih penugasan kalo besok pagi aku harus stay di Pasar Lembang dan memantau kondisi di sana PAGI-PAGI JAM 6 SUDAH HARUS STAND BY! Well... dan bapak Pemred tercinta itu ngechat via grup Job Training, tapi beberapa menit kemudian dia ngechat pribadi.

Hujan di Braga

Sepertinya awan abu hanya menaungi Braga siang ini. Kulihat ke arah utara, awan tampak putih bahkan menyisakan cukup celah bagi langit biru untuk mengindahkan Bandung. Sementara itu, aku masih berkutat di sekitaran Braga yang macet dan mulai dijatuhi rintik hujan. "Ah, jangan sekarang turun hujan! Sedikit lagi aku sampai Dago!" Batinku sembari terus menatap jalan mengendarai motor.

Pulang...

Image
Selamat pagi! Ah, pagi-pagi udah galau aja nih, tulisannya. Bodo ah, mumpung lagi kepikiran, daripada bikin sakit hati dan sakit jiwa, hahaha... Iya, baper (bawa perasaan, bahasa gaul masakini) nih gara-gara barusan dengerin lagunya Everyday yang judulnya 'Kapan ke Jogja Lagi'. Tiba-tiba keinget rumah di Jogja, tiba-tiba keinget Jogja, tiba-tiba ada perasaan aneh yang nggak biasanya aku rasain kalau inget tentang Jogja. Gini... Baru kali ini aku ngerasain yang namanya 'ogah pulang'. Okey, udah hampir empat tahun aku merantau ke kaki bukit Geulis di Jatinangor demi mewujudkan impian dan selama itu aku kalau lagi galau selalu pengen pulang. Tapi untuk kali ini aku ngerasa nggak mau pulang, males pulang, bahkan untuk mendengar kata 'Jogja' aja sejujurnya aku nggak ingin. Kenapa, ya? Apa mungkin karena kemarin udah menghabiskan waktu yang cukup lama di Jogja untuk PKL di sana? Atau mungkin aku bosen pulang mulu, pengen menjelajah kota lain? Atau mungkin

Karena di Akhir Kekhawatiran Selalu Ada Jawaban

Image
Selamat malam, semesta! Hari ini luar biasa! Yah, walaupun setiap hari buatku adalah hari yang luar biasa, tapi nggak semua keluarbiasaan itu ingin aku tulis. Untuk yang satu hari ini, sepertinya akan sayang sekali kalau nggak ditulis karena hari ini memang luar biasa! Oke, semua bermula dari kebosanan di masa job training -ku karena sampai hari ke-34 ini (kalau nggak salah) aku belum pernah ngerasain yang namanya liputan sendiri, biasanya tandem sama wartawan yang lagi tugas jadi isu yang diangkat pun mungkin hampir sama. Nah, akhirnya hari ini aku dapet kesempatan untuk bener-bener liputan sendiri. Hari ini ada Talkshow menulis fiksi populer bareng trio penulis Lupus: Hilman, Gusur, dan Boim di UGM. Aku mengajukan diri ke redaktur pembimbing untuk meliput talkshow itu. Sampai di sana aku sempat khawatir karena bener-bener blank  sama acaranya. Ngerti, sih kalau acaranya itu adalah diskusi tentang penulisan fiksi, tapi latar belakang acaranya yang ternyata adalah salah satu rangka

Amplop

Image
Mukanya merah padam seketika. Tak mampu berkata setelah ditolak. Kini kepalanya hanya menunduk, murung, memandangi layar ponsel di tangannya. Ketika tak tahu lagi harus menatap kemana, kepalanya lantas terangkat, tengok sana dan sini entah untuk memandang apa. Kecap lidahnya kering, butuh air! Ia bingung dan gelisah. "Bete," bisiknya kepada sang rekan sembari masih sibuk dengan ponselnya lagi. "Ayo! Nggak ke atas?" Ajak rekannya yang lain dari lantai dua. Ia melongok ke atas. "Iya sebentar..sebentar..," balasnya dari bawah. Ronanya masih merah. Ia harus atur nafas agar tak nampak grogi. Ia lantas ke atas untuk makan siang. Rekan-rekan lainnya tampak biasa saja dan tetap bercengkrama dengan bapak-bapak yang tadi mereka temui. Makan siang hari itu agak menakutkan baginya. Usai makan siang ia menemui seorang ibu yang tadi juga ditemuinya. Kali ini ia tampak lebih berani dan akan berusaha tegas. "Bu, maaf ini saya nggak bisa. Saya akan

Terbiasa Sendiri

Ini bukan judul lagu. Ini cuma judul tulisan tentang hari ini. Dua hari ini aku tugas bareng wartawan Tribun Jogja, Mbak Tika namanya. Awalnya siap-siap aja jalan bareng wartawan harian berhubung sebelumnya udah pernah ngintil wartawan harian dari PR di Bandung. Tapi waktu itu fotografer, sih jadi memang nggak ada sesi wawancara, cuma motret-motret aja. Kalau yang dua hari ini peranku adalah sebagai reporter, jadi harus melakukan wawancara ke narasumber. Kesiapan itu tiba-tiba runtuh ketika udah di lapangan. Kemarin aku liputan ke disdikpora Yogyakarta. Di sana lagi ada diskusi tentang pendidikan inklusi yang ngundang guru dan kepala sekolah inklusi di DIY. Intinya, sih dari diskusi itu akan dibentuk forum sekolah inklusi atau forum guru pendamping khusus (GPK) sebagai wadah dan sarana komunikasi serta penyelesaian masalah. Jadi, pada bulan Desember kemarin Sri Sultan HB X bersama kepala-kepala daerah di DIY mendeklarasikan DIY sebagai Kota Inklusi, yakni kota yang mendukung pen