Mulut, Pikiran, dan Hati Butuh Bicara


Assalamu'alaikum wr.wb

Hai, selamat siang! Apa kabar dudes?? Hohoo..
Siang yang panas, hari yang mendung (lho?) hehe.. Bagaimana dagingnya? udah dimasakin apa? sate? gule? Hmm.. apa aja, yang penting kita semuaaanya bahagia ^^

Well, di tulisan kali ini, aku mencoba mengajak teman-teman semua merenung bersama tentang sebuah penghargaan, tentang sebuah kehidupan yang hidup, tentang sebuah semangat yang menyala.
Teman, tentu kita sebagai manusia punya pikiran dan akal untuk berpikir, berbicara, dan merasakan (tidak hanya hati)
Dan kebaikannya tergantung bagaimana kita menjaga dan memperlakukan mereka dengan benar. Hati dan pikiran pun kita gunakan untuk mendengar, kan? Dengan mendengarkan serta melihat yang sebenarnya, kita akan mengerti semuanya sehingga kita bisa merasakan apa yang kita dengar dan kita lihat.

Ada sebuah cerita dari seorang teman, kita sebut saja B. B memiliki sebuah komunitas yang cukup besar dan banyak anggotanya. Komunitas ini beragam, ada yang lucu, ada yang manis, ada yang sedikit gila. Sayangnya, berdasarkan cerita kawan kita ini, ia tak begitu bahagia dan naman berada dalam komunitas tersebut. Dalam komunitas besar itu, ia pun memiliki sebuah komunitas kecil yang terdeiri dari beberapa teman. Tapi apa? Si B ini layaknya tidak dianggap oleh mereka, teman sekomunitasnya. Ia berbicara, hanya didengarkan sekali kemudian dihiraukan, ia berpendapat, pendapatnya dianggap tidak kreatif dan ditolak mentah-mentah, ia menangis, tak digubris sama sekali oleh mereka, ia terluka, merekapun tak mau tahu keadaannya, ia sakitpun malas-malasan mereka menjenguknya. Mungkin aku terlalu berlebihan menggambarkannya, tetapi sesungguhnya itu yang aku rasakan berdasarkan cerita dan situasi hatinya.

Bagaimana kawan jika kau tidak didengarkan?
Bagaimana kawan jika kau tidak dihargai?
Bagaimana kawan jika kau tidak dianggap dalam satu komunitas padahal kau ada?
Bagaimana kawan jika kau dibohongi bahwa sebenarnya mereka tidak menerimamu?

Sakit?
Ya, sebagai wanita mungkin perasaan sakitlah yang dirasakan.
Mulut, hati, dan pikiran butuh bicara dan untuk dapat melepaskan semuanya kita butuh pendengar, pendengar yang baik tentunya. Pendengar yang akan memberikan tanggapan-tanggapan apik yang menyejukkan hati kita.
Teman. Apalah arti teman jika ia tidak mendengarkan kita sama sekali? Bukan teman itu.
Teman adalah seorang pendengar, bagaimanapun ia dapat memberikan tanggapan, setidaknya ia dapat membuatmu sedikit lega dengan pikiran dan hatimu.
Bicara butuh dihargai, bagaimanapun seorang teman tidak menyetujui perkataanmu, tentu ia akan memberikan alasan dan argumentasinya mengenai penolakannya secara sopan dan berhati-hati agar kita tidak merasa tersakiti.
Bicara adalah hak, untukmu, untuk kita semua.... dengarkanlah kawan kita yang bicara, sebarang itu tidak terlalu penting dan bermanfaat bagi kita, tanggapilah sebisa mungkin, setidaknya dengan sesungging senyum itu sudah membuatnya senang.
Dengarkan dan hargailah setiap kata yang terucap, siapa tahu dia benar. Jangan sok benar jika kau memiliki pembicaraan atau pendapat lain. Jangan anggap kecil setiap pembicaraan atau anggapan yang kawan kita katakan, mungkin ucapannya jauh lebih dahsyat pengaruhnya untuk sebuah situasi dibandingkan ucapan kita.

Intinya, semuanya butuh berbicara dan sebuah ucapan butuh didengarkan dan dihargai karena dengan begitu kawan yang berucap akan merasa tenang, begitu dengan kita sendiri.
Jangan egois, teman.. kita semua ini sama, hanya kepribadian yang berbeda, itu pun bisa kita buat lebih baik lagi.
Jika saat situasi ini kita bukan pemimpin dan memiliki kedudukan yang sama dengan kawan kita, maka kita tidak memiliki wewenang untuk memerintah mereka.

hargailah setiap ucapan...

_bUdzZ_010_

Comments

Popular posts from this blog

Guruku "tersayang" wkwkwk...

[Apresiasi Buku] Korean Cool: Di Balik Drama Reply 1988 sampai SMTown Paris 2012

Gadis Rantau #2: Antara Tempat Tidur dan Kamar Mandi