Turun ke Lapangan #3 Bagian 3


Dari pukul 10.00 sampai pukul 20.15...

photo taken from http://kimkumiko.wordpress.com/


Handphone Dina berdering.
"Mas Sys..." gumamnya. Ya ampun! Ditelepon seorang Sys NS, broo!! Ditelepon!! Dia bilang sudah ada di Jco, lalu Dina segera menjemput Mas Sys ke depan dan.... akhirnya, berjumpalah kami semua dengan seorang Sys NS yang waktu itu mengenakan kemeja merah muda. Setelah bersalaman dan kenalan, kami semua duduk. Ice breaking nya tidak terlalu lama, Ucok dan Dina segera saja memulai wawancaranya.

Mas Sys ini seru banget orangnya. Dia menjawab setiap pertanyaan dengan antusias dan nggak lupa dengan senyumnya. Ia menceritakan pengalamannya waktu di Prambors sampai partisipasinya di Radio Show. Pengalaman wawancaranya banyak sekali, mulai dari artis sampai pejabat sudah pernah dia wawancarai. 
Mas Sys ini bukan lulusan jurnalistik, tapi dia pernah mencicipi jadi wartawan dan fotografer. 

Di tengah-tengah wawancara, dia menawarkan minum.
"Kalian pada mau pesan apa? Itu minumnya sudah habis, lho.." ujarnya pada kami. Tapi, dasar mahasiswa jaim, jadi kami menolak tawaran itu. Mas Sys pun permisi sebentar untuk memesan makanan.

Dari pertemuan ini, kami benar-benar dapat pelajaran yang luar biasa. Meski awalnya Dina dan Ucok sempat gugup sebelum wawancara, tapi toh akhirnya mereka berhasil. 
Kerennya lagi, di akhir wawancara mereka ditanya begini: "Kalian mau buku saya buat tambahan bahan wawancaranya? Yuk, ambil di mobil, ikut saya..."
Dan mereka dapat buku biografinya plus tanda tangan dari Mas Sys. Baik banget :') Dia bahkan mengaku bahwa dia rela meninggalkan keluarganya sejenak untuk bertemu dengan Dina dan Ucok karena dia sudah bikin janji dengan mereka. "Buat saya yang penting skala prioritas," katanya...

Dina- Mas Sys- Ucok
-kameraUcok

Aku sama Nawan nggak mau kehilangan momen juga, dong foto bareng Mas Sys, hehe :)
-kameraUcok


Dan wawancara dengan Mas Sys pun ditutup dengan penyerahan buku biografi Mas Sys.

Sekarang tinggal nasibku dan Nawan. Waktu sudah hampir menunjukkan pukul 17.00. Mas Ulin bilang suruh hubungi dia jam 5an. AKhirnya, aku mengonfirmasi jadwal wawancara lagi melalui sms sekitar pukul 16.50. Lima belas menit kemudian dia membalas sudah hampir sampai di Citos.

Awalnya, sempat ada negosiasi tempat. Aku jujur saja pada Mas Ulin bahwa aku buta Jakarta dan aku masih stay di Citos. Aku minta supaya kalo bisa tempat wawancaranya di sekitaran Cilandak, tapi dia sendiri belum bisa memastikan. Fiuh, untungnya Mas Ulin setuju kalau wawancaranya di Citos, jadi kami nggak perlu berpindah tempat (lagi).

Jam tanganku sudah menunjukkan pukul 17.30. Mas Ulin belum datang juga. Aku mulai was-was, Nawan sudah tidak bersemangat dan kami berdua sudah sama-sama pesimis. Lima menit sebelum pukul 6 sore, aku tanya lagi posisi dia ada di mana sekarang dan pesan singkatku baru terjawan lima menit sebelum pukul setengah 7. Ternyata dia kejebak macet di Cipete. Sudah 40 menit tidak jalan padahal Citos sudah di depan mata. Dia pun menuliskan, kalau kami ada aktivitas lain silakan tinggal aja sehingga dia bisa langsung ke kantor dan nggak perlu mampir ke Citos.

Membaca pesan ini, aku dan Nawan langsung bingung. Jadi artinya.......?? Kami udah berpikir yang tidak-tidak. Akhirnya, Dina membalaskan pesan itu. "Enggak kok mas, kami nunggu, kami nggak ada aktivitas lain."

Menunggu...

-kameraUcok



Kami berempat sama-sama sudah bosan dan mengantuk, seharian tadi hanya duduk, tak jelas aktivitasnya.

Akhirnya, Mas Ulin datang juga di Jco Citos sekitar pukul 18.45. Mas Ulin yang waktu itu mengenakan kaos abu dengan kacamata gagang merah ternyata sudah duduk di pojokan ruangan luar sembari membuka laptopnya. Aku menghampirinya. 

"Mas Ulin, ya?" ujarku. Dia langsung mendangak dan mengiyakan. Lantas dengan santai ia bertanya kami duduk di mana dan ia pun mengikuti ke tempat duduk kami. 

Karena kami tahu Mas Ulin pasti sudah lelah dan kami merasakan hal yang sama, jadi wawancara segera dilaksanakan. Mas Ulin ini orangnya asik dan karena sama-sama orang Jawa, jadi aku merasa nyaman ngobrol dengannya. Dia ini wartawan spesialis investigasi sehingga pengalaman-pengalaman yang diceritakannya sungguh menarik. Dia pernah mewawancarai Pramoedya Ananta Toer yang juga menjadi pengalamannya yang membanggakan, Gus Dur, Habibie, Akbar Tandjung, dan orang-orang cilik seperti tukang becak, sopir bajaj, atau pedagang rokok. 

Satu hal yang bikin aku tertarik dari semua isi wawancara ini adalah waktu dia cerita bahwa dialah, sebagai wakil dari beritasatu.com, yang pertama kali mengungkap siapa itu TrioMacan2000 yang dulu sangat heboh di Twitter. Hasil wawancara itu yang juga menimbulkan kontroversi baginya, tapi dia cuek-cuek saja. Mas Ulin sendiri mengaku bahwa dia orangnya memang nekat.

Baginya, yang penting dilakukan sebelum wawancara adalah riset, baik mengenai isu maupun narasumbernya. "Nggak usah takut sama narasumber lha wong dia bukan sedulur, kok. Bukan siapa-siapa kita." ujarnya dengan logat Solonya yang kental.

Wawancara pun berakhir pukul 20.10 dan Mas Ulin yang tampaknya buru-buru langsung berpamitan. Sebelum pergi dia bilang, "Kalo wawancara kayak gini aku seneng soalnya kalian mahasiswa," katanya sambil tersenyum.

Mas Ulin (tengah) yang berbaik hati menyempatkan diri mampir ke Citos untuk diwawancarai, terima kasih banyak
Mas Ulin :D
-kameraUcok

***
Huaah, akhirnya selesai juga kisah hari itu! Hari yang sangat panjang tapi tidak banyak aktivitas. Hari yang membosankan tapi jadi dapat banyak pelajaran gratis! Hari yang melelahkan tapi menyenangkan karena kami bertemu dengan orang-orang hebat. 

Segala ketakutan, kegugupan, dan kekhawatiran itu terkalahkan! Kami melewatinya tanpa babibu yang merepotkan. Beruntungnya, semua narasumber kami menyetujui tempat wawancara yang kami tentukan :D

Selain itu, kami juga belajar bersabar menunggu dalam hal ini menunggu narasumber. Kadang narasumber kita memang nggak terduga, bisa saja tau-tau membatalkan jadwal wawancara padahal kita sudah siap di tempat. 

Dan Alhamdulillah kami masih dapat bus untuk kembali ke Bandung. Bus berangkat dari Terminal Lebak Bulus pukul 20.50 dan kami sampai Jatinangor dengan selamat tepat pukul 00.30

what a looooooonnnggg daayy..

sepuluh jam di Citos dari pukul 10.00 sampai 20.15 tanpa melakukan kegiatan yang berarti dan hanya duduk menunggu dan kebingungan itu rasanya...

Sampai jumpa di kisah selanjutnya!


.arifina007.

Comments

Popular posts from this blog

Guruku "tersayang" wkwkwk...

[Apresiasi Buku] Korean Cool: Di Balik Drama Reply 1988 sampai SMTown Paris 2012

Gadis Rantau #2: Antara Tempat Tidur dan Kamar Mandi