Turun ke Lapangan #3 bagian 2

Kami hanya berdiam dan menunggu...



Assalamu'alaikum wr.wb

Sebeginikah panasnya Jakarta? 

Kami luar biasa terpanggang di tempat kami duduk. Konsep mall Citos ini memang unik, semi outdoor. Air Conditioner alias AC cuma ada di dalam ruangan toko, di luar itu kami dipersilakan menikmati oksigen yang sebenarnya. Tapi, atap yang digunakan di lantai 2 adalah atap pralon yang dari plastik itu. Hebatnya, posisi kami berempat tepat di bawah atap tersebut, maka bayangkanlah bagaimana panas yang kami rasakan waktu itu. Muka kami memerah, Ucok yang makan es krim bahkan keringetan. Aku tak paham lagi dengan Jakarta. Maaf kalau norak, tapi kami belum pernah merasakan gerah sepanas ini. Inilah yang kumaksud berkucuran keringat: panas terpanggang di bawah atap pralon.

Sudah waktunya sholat dzuhur. Aku dan Dina pun pamit sebentar dengan Nawan dan Ucok untuk melaksanakan sholat dzuhur di lantai basement. Kemarin malam, Mas Ulin bilang minta dihubungi siangnya untuk memastikan waktu wawancara, jadi sembari menunggu Dina sholat (karena aku lagi libur waktu itu), aku menghubungi Mas Ulin lewat sms. Aku bilang ke dia kalo posisiku sama Nawan ada di Citos, supaya dia bisa memperkirakan tempat yang enak untuk bertemu. Tak lama kemudian dia balas smsku itu. Dia bilang ketemu dia sekarang, waktu itu posisi dia ada di Amadeus.

Amadeus?

Hah? Amadeus?

Opo kui Amadeus? Naon deui Amadeus? Di mana itu Amadeus?

Daripada mempermalukan diri dengan bertanya "Itu di mana, Mas?" akhirnya, aku inisiatif untuk mencari tempat yang namanya 'Amadeus' itu melalui GPS. 
Teng! Dengan cepat smartphone ku mendeteksi tempat itu dan berdasarkan peta yang ditunjukkan, Amadeus itu tempatnya ada di luar Citos, menurutnya cuma butuh 6 menit untuk pergi ke sana dengan berjalan kaki. Setelah agak pede karena sudah tau di mana itu 'Amadeus', aku langsung sms Ucok supaya menyuruh Nawan siap-siap.

Usai sholat, aku dan Dina langsung ke atas. Ucok dan Nawan sudah beberes. Aku dan Dina pun bergegas beberes juga lalu kami langsung meninggalkan 'kursi panas' itu.
Kami pun berjalan keluar Citos dan tepat ketika kami sampai di luar, handphone ku berbunyi. Oh, Mas Ulin. Segera kubaca pesan singkat yang barusan kuterima itu dan apa isinya?
Dia bilang, kalau aku masih lama dia tinggal dulu karena dia mau pergi, katanya agak sore nanti hubungi dia lagi. Hmm... baiklah. 

Entah kami mau kemana lagi waktu itu. Wawancara Mas Sys yang semula pukul 2 siang diundur jadi pukul 3 karena Mas Sys terjebak macet di bundaran HI. Sebelum masuk lagi, Nawan mampir dulu ke ATM dan kebetulan sekali bilik ATM yang ada di luar Citos lumayan luas, jadi kami berempat semuanya masuk ke bilik itu demi mendinginkan diri. Sumpah, di dalam benar-benar sejuk!

Sudah itu, kami semua merasa kelaparan. Sebenarnya kami mencari KFC yang harganya jelas dan cocoklah dengan kantong kami. Tapi, setelah tanya pada satpam yang berjaga, di Citos tidak ada KFC, hanya ada A&W. Seketika itu semangat kami mulai menurun.

Pertanyaan ke dua: "Mau makan di mana kita??" 
Rata-rata tempat makan di sana harganya 'wihiww' sekalii dan kalau kami nekat makan, mungkin kami nggak pulang malam itu. Akhirnya, setelah muter-muter dan tidak mendapatkan tempat makan yang pas, kami kembali ke tempat semula: kursi luar A&W dan kami kembali berpanas-panas ria. 

Situasinya sudah tidak asik lagi. Kami semua sudah bosan, tapi demi pengalaman dan mengerjakan tugas, kami harus berjuang melawan kebosanan ini! Ucok sepertinya benar-benar sudah mengantuk, Dina yang senyumnya sudah tidak dapat diprediksi, Nawan yang mencoba menyimpan emosinya dengan menulis, dan aku yang was-was dengan kepastian jadwal wawancara.

Dina sendiri sudah menghubungi Mas Sys untuk bertemu di J.Co. Pukul 14.15 kami turun karena sudah tidak tahan lagi dengan panas di bawah atap pralon itu. Waktu turun, aku melihat ada sebuah kafe bernama 'Amadeus' lalu saling menggumam dengan Nawan, "Jangan-jangan tadi dia (Mas Ulin) ada di Amadeus ini??" Entahlah...

Di Jco, aku pesan minum dan Dina yang kelaparan pesan burger. Apesnya, tempat duduk di dalam yang notabene ber-AC semuanya penuh! Dan lagi-lagi kami butuh colokan. Akhirnya, kami harus duduk di luar yang tak ber-AC dan lagi-lagi harus berpanas ria.

Ini masih pukul 14.45
Kami harus menunggu lagi.......

-kameraUcok


Next.. bagian 3...
Ini memang kisah yang panjang, sob :)


.arifina007.

Comments

Popular posts from this blog

Guruku "tersayang" wkwkwk...

[Apresiasi Buku] Korean Cool: Di Balik Drama Reply 1988 sampai SMTown Paris 2012

Gadis Rantau #2: Antara Tempat Tidur dan Kamar Mandi