Turun ke Lapangan #2 Part 2




Assalamu'alaikum wr.wb

Baiklah, mari kita lanjutkan kisah ini. 

Wawancara dengan Om Dodik berlangsung selama satu jam dua menit dan alhamdulillah semua pertanyaan itu tersampaikan dan terjawab dengan jelas. Kemudian, pukul 15.00 aku pamit pulang karena waktu itu mendung dan udah mulai gerimis padahal kami masih melanjutkan perbincangan walaupun nggak dalam konteks wawancara. 

Sampai di rumah aku melanjutkan menonton film :p
Nah, sekitar jam 17.00 aku, kan 'ngobrak-abrik' kamar adikku dan aku menemukan sebuah novel berjudul 'A Message of Love' yang dia pinjam dari perpustakaan sekolah. Aku lihat informasi tentang penulisnya di bagian belakang buku. Dan ada kabar bagus, saudara-saudara!! Penulis buku ini ternyata merupakan mojang asli Bandung dan sekarang juga tinggal di Bandung. 

Tria Barmawi. Aku langsung cari informasi kontak Teh Tria ini dan didapatlah emailnya lalu aku langsung kirim email ke dia, minta izin wawancara.

Wawancara lagi?????
Iya, soalnya aku merasa belum puas dengan wawancara yang pertama. Rasanya ada yang ngeganjel, ada hal yang rasanya belum terjawab dari wawancara yang pertama tadi.

Keesokan harinya, Minggu (18/11) aku sudah harus kembali ke Bandung. Nah, aku ngecek email pagi itu dan emailku udah dibalas sama Teh Tria. Ia menyanggupi dan baik banget, deh dia kasih nomor hapenya di email itu :O 
"Ini no. hp saya xxxxxxxxxxxx" Ya Allah, betapa murah hati nya diri-Mu :*

Sesampainya di Bandung, Senin (19/11) aku belum menghubungi Teh Tria lagi. Hari Selasa besok di kelas Wawancara agendanya adalah koreksi rancangan wawancara dan narasumber. Malam itu pun aku bikin dua rancangan pertanyaan, yaitu buat Om Dodik dan satunya tentu saja buat Teh Tria. 
Dua rancangan pertanyaan itu masing-masing jumlahnya berbeda. Kalo yang buat Om Dodik cuman ada 22 pertanyaan, sedangkan buat Teh Tria ada 30 pertanyaan. Itu masih rancangan loh, belum pas wawancara langsungnya. Ketika wawancara langsung, ada dua situasi yang bakal kita hadapi: pertanyaan itu beranak pinak atau pertanyaan itu tiba-tiba dikebiri, jadi yang ditanyakan hanya beberapa dari seluruh pertanyaan yang sudah dibuat.

Hari Selasa, rancangan pertanyaan yang aku kumpulin adalah rancangan untuk Om Dodik. Di kelas, Abang mengoreksi rancangan kami satu-satu di hadapan semua warga kelas. Abang sendiri sudah membaca siapa saja target narasumber kami dan dia hanya tertawa. Dulu waktu ngasih tugas, dia bilang penulisnya harus terkenal dan tau nggak? indikator terkenal buat dia itu adalah orang atau penulis yang dia tau. Pffftt... ini apa banget, deh.

Dan ketika giliranku tiba, si Abang nanya "Kuskridho Ambardi ini siapa?" aku jelaskanlah siapa itu. Lalalalalalaaa~ si Abang kayak meragukan gituuu, aiiihhh udah jauh-jauh kan, ya ke Jogja trus aku merasa dizalimi U.U

Nah, setelah kuliah itu aku menghubungi Teh Tria via sms dan malamnya dibalas sama dia. Asiknya Teh Tria ini dia fleksibel banget. Waktu aku nanya tempat dan waktu, dia nawarin hari Kamis atau Jumat. Kalau Kamis dia ada di Cipaganti, sedangkan hari Jumat dia stay di Ujungberung, katanya silakan aja mau kapan gitu. Berhubung aku di Jatinangor, akhirnya aku pilih hari Jumat karena Ujungberung sama Nangor jaraknya nggak terlalu jauh, setengah jam nyampe lah. Walhasil, aku janjian sama Teh Tria hari Jumat (23/11) pukul 15.00 walaupun akhirnya datangnya agak terlambat, hehehee..

Wawancara mulai pukul 15.21. Alhamdulillah, ke-30 pertanyaan yang udah aku bikin terjawab semua dan alhamdulillah pula pertanyaannya beranak. Tapi pas wawancara sempet digangguin sama anaknya, tereak-tereak gitu U.U but it's all right, diganggunya cuman sebentar kok :D

Ngobrol sama Teh Tria seru juga. Orangnya asik, gaul, walopun usia udah di atas tiga puluh tapi jiwanya masih dua puluhan. Dia sendiri ngaku kalo gaulnya, tuh sama anak-anak SMA. Dulu dia punya semacam taman bacaan gitu di Bekasi dan banyak anak-anak SMA yang berkunjung, akhirnya dia sering ngobrol deh sama anak-anak remaja tanggung itu.
Menulis itu emang udah hobinya sejak SD. Dia  suka banget baca buku dan sering nulis diari gitu. Debut menulisnya dimulai tahun 2005 dengan terbitnya novel pertama yang berjudul "Lost in Teleporter". Katanya, ide ceritanya dateng pas dia lagi kejebak macet trus mikir "Wah, coba, ya ada teleporter pasti bisa langsung nyampe." Sekiranya begitulah imajinasinya waktu itu.

Waktu ditanya gimana cara dia mendapatkan ide, katanya ide itu buat dia bisa dateng kapan aja, bahkan ada satu hal unik dan paling berkesan buatnya- ide cerita Message of Love datang melalui mimpi, katanya. Nah, Teh Tria ini setiap ada ide yang muncul langsung buru-buru mencatatkannya. Pernah dia pas mau tidur tiba-tiba kepikiran sama salah satu novel yang lagi ditulisnya, trus seketika ide itu muncul dia nggak jadi tidur dan segera nulis ide itu. Ya, ini juga salah satu alasan kenapa Teh Tria jago nulis, karena dia suka mencatat hal-hal yang penting.

Teh Tria ini menulis buku-buku bergenre teenlit. Kenapa? Karena berdasarkan pengalamannya, menurutnya anak-anak SMP dan SMA zaman sekarang kekurangan bahan bacaan, jadinya mereka bacaannya buku-buku yang nggak sesuai dengan usia mereka. Pun dia juga seneng nulis cerita anak-anak. Menurutnya, sekarang terjadi pergeseran generasi. Anak SD bacaannya udah teenlit dan anak-anak SMP dan SMA bacaannya udah yang ke arah bacaan dewasa gitu. Atas kekhawatiran ini, akhirnya ia pun menulis buku dengan segmentasi usia-usia itu.

Baginya, satu hal penting yang harus kita lakukan supaya jago menulis kayak dia adalah belajar. Pun kalau kita udah menciptakan satu tulisan, jangan berhenti untuk belajar. Coba berikan tulisan itu ke temen atau kerabat yang bisa mengapresiasi karya kita itu sehingga kita tau gimana kualitas tulisan kita, apakah ceritanya bagus, apakah alurnya runtut, apakah mereka paham dengan apa yang kita tuliskan, apakah mereka seneng setelah membaca tulisan kita, bagaimana kritik dan saran mereka, dan lain-lain. Selain itu, kita juga harus rajin-rajin cari pengalaman.

Proses kreatif yang dilakukan Teh Tria ini sederhana. Ini kutipannya:
Kalau ide itu bisa datang dari mana saja asalkan kita kreatif. Tapi, yang paling penting adalah niatnya dulu, lalu semangat untuk menyelesaikan. Niat aja nggak akan cukup kalau tidak ada semangat. Begitu satu tulisan selesai akan tumbuh semangat-semangat yang lain. Lalu kita juga harus tau motivasi kita menulis itu apa, siapkan dulu motivasinya apakah kita ingin berekspresi atau apa. Ketika semua itu sudah ada, jangan tiba-tiba berhenti, tapi selesaikan apa yang ada.
Dan ada satu quote yang aku suka dari semua kata-katanya: Tulisan itu tidak pernah mati.
Aku setuju banget sama kalimat ini. Pramoedya Ananta Toer pun mengatakan "Orang boleh pandai setinggi langit, tetapi selama ia tidak menulis ia akan hilang dari peradaban." dan "Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, samapai jauh, jauh di kemudian hari." Pun, Fahd Djibran, penulis buku Yang Galau Yang Meracau, pas setahun yang lalu ngisi acara di Fikom juga bilang "Saya menulis karena saya ingin anak-cucu saya nanti mengenal saya, tahu siapa saya."

Yah, pokoknya seru banget deh ngobrol sama Teh Tria. Orangnya ramah pula. Udah gitu, waktu pamitan dia bilang sering-sering aja main ke rumahnya itu. Dan lagi, Teh Tria ini kenal sama banyak penulis terkenal, jadi mudah-mudahan dengan terjalinnya silaturrahmi ini relasiku dengan penulis-penulis hebat itu bisa terjalin juga :)
Last, makasih banget buat Teh Tria yang udah mau membagi ilmunya sama aku dan Ujik dan temen-temen yang baca ini. Semoga semua yang dikatakan Teh Tria bermanfaat. Makasih banget atas motivasinya buat aku untuk nggak malu mempublikasikan tulisan ^^

Dan....
Praktik lapangan ke 3 sudah di depan mata: mewawancarai pewawancara terkenal. Beberapa temen-temen udah ada yang melakukannya. Ada yang wawancara Karni Ilyas, Indy Rahmawati, Alvin Adam, Andy F. Noya, Elman Saragih, dan pewawancara terkenal lainnya. Aku? Tunggu kisah Turun ke Lapangan #3 yaaa :D

.arifina007.





Comments

Popular posts from this blog

Guruku "tersayang" wkwkwk...

[Apresiasi Buku] Korean Cool: Di Balik Drama Reply 1988 sampai SMTown Paris 2012

Gadis Rantau #2: Antara Tempat Tidur dan Kamar Mandi