Ketika Blackberry Melupakan Segalanya

Assalamu'alaikum wr.wb

Selamat pagi, sekarang pukul 12.34 WIB di Jatinangor. Di sini layaknya sedang musim gugur di UK, dinginnya luar biasa bbbrrrrr.....

Oke, di pagi yang masih gelap ini aku pengen sedikit curhat dan sharing tentang fenomena anak muda zaman sekarang. Semua orang tau bahwa sekarang ini adalah zaman gadget, perkembangan alat-alat teknologi, kita sebut aja gadget, begitu cepat dan pesatnya. Hari ini ada peluncuran gadget baru kemudian besok akan ada yang baru lagi dengan fitur yang lebih nyuss dari gadget sebelumnya dan begitulah fenomenanya sekarang.

Sayangnya, perkembangan gadget yang sebegitu cepatnya dan canggih ini memberikan dampak yang kurang baik bagi penggunanya, dalam hal ini kita fokuskan saja pada anak-anak muda. Sering aku lihat di tempat-tempat umum seperti restoran, tidak jarang anak-anak muda seusia 17-22 tahun sudah membawa berbagai macam gadget di tangannya. Di depannya ada iPad, di tangan kanan ada Blackberry, tangan kiri ada iPhone, di telinga ada headset yang terhubung dengan iPod. Bah! Kalau sudah melihat pemandangan semacam ini, rasanya saya pengen banting meja. Bukan karena iri melihat berbagai macam gadget mahal nan canggih itu melainkan mengapresiasikan pertanyaan yang ada di dalam benak "Ngapain, sih pake gadget banyak-banyak? Usia juga masih segini-gini aja, emangnya butuh banget ya, gadget-gadget semacam itu? Kalo cuma buat hiburan sih, ya ngapain???" Duh, rasanya kok, seperti menampakkan kesombongan dan sifat pamer ya?

Gadget-gadget ini kalau digunakan oleh anak muda yang kurang berkepentingan, maksudnya tidak terlalu membutuhkan gadget tersebut tapi tetap menggunakannya, akan berpengaruh pada perilakunya. Dia jadi individualis dan tidak peduli dengan sekitarnya.

Sekarang ini, hampir semua orang dari berbagai kalangan memiliki Blackberry atau biasa kita panggil BeBe. Aku sendiri bukan pengguna BeBe dan tidak akan pernah menggunakannya karena aku sendiri tidak tertarik dengan gadget itu.
Dari berbagai kalangan di sini bisa kita indikasikan dari kalangan kelas atas, menengah, bahkan yang bawah sekali pun. Jangan salah, sekarang tidak sedikit masyarakat yang tergolong kurang mampu sudah menggunakan BeBe. Nah, karena sebagian besar orang di Indonesia ini tepatnya, sudah menggunakan BeBe, jadi asumsi semua orang adalah semua orang merupakan pengguna BeBe tanpa terkecuali. Asumsi ini akhirnya berdampak kurang baik terhadap interaksi sosial.

Kita kaji, deh...
Aku sendiri mengalami bagaimana kami, para bukan-pengguna-BeBe, dianggap menggunakan BeBe atau tidak dianggap sama sekali dalam partisipasi sebuah komunitas yang sebagian besar anggotanya adalah pengguna BeBe. Jadi di dalam komunitas ini, hampir semua informasi di bagikan di grup BeBe. Sayangnya, kami para bukan-pengguna-BeBe ini terlupakan. Informasi yang telah dibagikan di grup tadi dianggap sudah tersebar ke seluruh anggota komunitas, padahal tidak. Akhirnya terjadi miscommunication antar anggota komunitas. Miskomunikasi ini kemudian akan menyebabkan terjadinya perdebatan kecil seperti contohnya:

A : "Lho, hari ini nggak ada jadwal? Semuanya kosong? Haduh, padahal udah sampe kampus. Kok, nggak ada yang ngasih tau?"

B : "Kan, udah diumumin tadi..."

A : "Kapan? Aku ngga dapet sms atau informasi apa pun.."

B : "Bukan, diumumin di BBM."

A : "-_- aku kan nggak punya BeBe. Kasih tau, kek kalo ada informasi beginian. Kan, jadi nggak kejebak. Huh."

Dan inilah yang aku alami.

Berdasarkan observasi yang aku lakukan secara iseng-iseng, banyak dari teman-teman yang mengeluhkan hal semacam ini:

"Nyesek adalah ketika kita tiba-tiba ditanyai pin BeBe padahal kita nggak pake BeBe."

Ini salah satu akibat dari asumsi yang berlebihan tadi: menganggap semua orang sudah menggunakan BeBe. Bagi kami para bukan-pengguna-BeBe, pertanyaan PIN BeBe itu sangat menyinggung kondisi kami. Apakah mereka lupa kalau tidak semua orang menggunakan gadget yang sedang populer ini? Kami punya beberapa alasan mengapa kami tidak menggunakan gadget itu. Dari beberapa kawan yang aku tanya, kebanyakan mereka tidak menggunakan BeBe karena tidak tertarik, ada juga yang lebih nyaman menggunakan handphone biasa, atau alasan yang lebih pribadi yaitu belum mampu membeli gadget itu.

Status sosial
Pengguna BeBe memang berasal dari berbagai kalangan dari bawah sampai atas, tapi tetap saja tidak akan terjadi penyetaraan status sosial di kalangan pengguna maupun bukan pengguna BeBe. Mungkin saja pengguna BeBe dianggap termasuk dalam orang yang berstatus sosial tinggi: orang kaya, anaknya orang kaya, jabatan tinggi, dan sebagainya. Sedangkan mereka yang tidak ber-BeBe dianggap orang biasa saja atau ekstrimnya kurang mampu, tapi asumsi ini belum pernah aku temukan. Tidak sedikit orang mampu yang bukan pengguna BeBe, semacam kawan-kawan saya dan mereka sedikit terkejut ketika ada kawan yang termasuk kurang mampu memiliki BeBe. Sedikit merasa kalah, sih, iya.. tapi kemudian mereka berpikir lagi apakah kehadiran BeBe di kehidupan mereka benar-benar dibutuhkan? Kalau untuk menjalin komunikasi, pakai handphone biasa juga sudah cukup. Akhirnya mereka mengalah pada keadaan, "membiarkan" kawan yang kurang mampu tadi tetap menggunakan BeBe dan "membiarkan" diri tetap pada kondisi seperti biasanya.

Sering salah kaprah memang, mendapati fenomena gadget semacam ini bisa melahirkan teori baru bahwa "dengan menggunakan BeBe maka akan meningkatkan status sosial kita". Dan teori ini yang akan menyebabkan orang-orang jadi tidak respek dengan sekitarnya dan melupakan siapa saja yang tidak menggunakan BeBe. Buah Gadget yang satu ini bisa membuat kita lupa akan segalanya.

Oke, kritik ini hanya ditujukan kepada anak-anak muda, ya... Bagi kami para bukan-pengguna-BeBe, kami belum terlalu membutuhkan kehadirannya, kami masih merasa cukup dengan menggunakan handphone biasa. Ingatlah, tidak semua orang, tidak semua teman itu menggunakan BeBe, jadi kalau ada informasi yang disampaikan melalui BBM disampaikan juga pada teman-teman yang bukan-pengguna-BeBe, supaya tidak terjadi pertengkaran dan kesalahpahaman.

Pada akhirnya, pertanyaan kami para bukan-pengguna-BeBe adalah:
"Penting, ya punya BeBe?"

*salam perdamaian*

Arifina Budi A.

Comments

Post a Comment

Yuk, share your thought!

Popular posts from this blog

Guruku "tersayang" wkwkwk...

[Apresiasi Buku] Korean Cool: Di Balik Drama Reply 1988 sampai SMTown Paris 2012

Gadis Rantau #2: Antara Tempat Tidur dan Kamar Mandi