Turun ke Lapangan #3 bagian 1

Sepuluh jam kami mendekam di Citos...




Assalamu'alaikum wr.wb

Kali ini cerita pengalaman lapangan yang ketiga, yaitu mewawancarai seorang pewawancara. Setelah nggak dapat kabar lanjutan dari manajernya Indy Barends, jadwal dadakan dari Alfito Deannova, dan jadwal yang terlalu lama dari Bima Prameswara, akhirnya aku dan rekan sekelompok, Nawan, berhasil mewawancarai seorang Ulin Yusron, editor di beritasatu.com yang dulu juga pernah jadi jurnalis di Jawa Pos dan Kontan.

Seperti biasa, perjuangan di setiap pengalaman turun ke lapangan pasti beda-beda dan dari semua yang udah aku alami, sepertinya yang kali inilah yang paling "berdarah-darah" walaupun nggak berlebihan juga perjuangannya. Tapi yang jelas untuk kali ini emosi hampir sampai ke ubun-ubun, dompet hampir menipis, semangat hampir luntur sama sekali, dan keringat bener-bener berkucuran.

Jadi, kami berempat: Aku, Nawan, Ucok, dan Dina. Kebetulan Ucok dan Dina jadwal wawancaranya sama-sama hari Rabu (19/12) di kawasan Jakarta Selatan. Mereka berdua udah bikin janji sama Mas Sys NS. Jadilah kami berangkat dari Nangor pada hari itu pukul 05.30 menuju pool bus Prima Jasa (Primjas) jurusan Garut-Lb.Bulus. Sebenarnya kami beruntung ada Ucok yang emang orang Jakarta, tapi sayangnya si Ucok nggak ngerti medan Jakarta Selatan karena dia sendiri dari Jakarta Timur. Akhirnya, kami semua hanya pasrah kepada yang Maha Kuasa akan perjalanan kami di sana nanti.

Pukul 9.15 kami sampai di kawasan Cilandak. Sudah begitu, mulailah kami semua bingung "Mau kemana kita sekarang?". Dan karena kami belum makan, akhirnya kami menyusuri Jalan R.A Kartini buat cari warung makan. Sembari makan, Dina dan Ucok coba menghubungi Mas Sys lagi karena dia sekitar jam 9 minta dihubungi lagi. Sementara itu, aku dan Nawan janjian dengan Mas Ulin waktu sore menjelang malam. Awalnya, kami pikir wawancara dengan Mas Sys bakal dilaksanakan di daerah Kemang sekitar pukul 11 mungkin karena semalam dia bilangnya begitu, tapi ternyata setelah dihubungi lagi, Mas Sys nya harus pergi sebentar sehingga wawancara diundur jam pukul 1, tempatnya menyusul.

Wawancara diundur. Sekarang masih pukul 9.50. Pukul 1 siang masih sekitar 3 jam lagi. 
Pertanyaan itu muncul lagi: "Mau kemana kita?" "Mau nungguin di mana kita?"
Hari itu aku sengaja mengaktifkan paket internet karena saking butanya kami dengan Jakarta Selatan ini, sehingga dengan begitu aku bisa mengakses GPS supaya kami nggak tersesat. Di situasi kebingungan ini aku langsung coba cari tempat yang enak dan nyaman untuk sekadar nongkrong atau menunggu waktu. Setelah berdiskusi, akhirnya kami memutuskan untuk singgah ke Cilandak Town Square yang setelah dicek ternyata tempatnya tak jauh dari tempat kami berdiri waktu itu. Demi menyelamatkan diri dan mempermudah semuanya, kami memilih menggunakan taksi untuk menuju kesana. Lumayan, 20 ribu...

Dan...
Seperti orang yang belum pernah main ke mall, kami berempat semacam norak seketika masuk lokasi Citos. Ucok aja yang orang Jakarta cuma bergumam, "Gue belum pernah kesini. Ini gue pertama kali kesini." Ucok aja belum pernah, apalagi aku yang dari Jogja, Dina yang dari Purwakarta, dan Nawan yang dari Medan.
Setelah sempat mengalami culture shock sejenak, kami pun bisa beradaptasi dna berlagak sebagaimana mestinya. Kami segera cari tempat yang nyaman untuk berdiam diri menunggu narasumber selama 3 jam dan dengan satu syarat: tempat itu harus ada colokan listriknya karena kami semua sedang butuh nge-charge handphone dan laptop.

Akhirnya, setelah muter-muter sebentar, dari lantai satu naik ke lantai dua, kami menemukan tempat yang 'tepat', yakni di A&W. Di dekat tempat duduk luarnya ada sebuah tiang penyangga yang di bawahnya terdapat colokan. Sayangnya, di area tempat duduk itu ada tulisan "Khusus tamu A&W". AKhirnya, kami semua jajan es krim dulu di A&W cuma demi bisa duduk sambil nge-charge. 

ini, nih bukti nyata nya kami terlantar di Citos. Posisi: di kursi luar area A&W Citos.
Dari kiri ke kanan: Dina yang lagi baca Bumi Manusia sembari ngejagain handphone nya yang lagi di charge di tiang putih itu, Nawan yang asik nulis artikel bola, dan Ucok yang tampaknya benar-benar bosan.

Yah, begitulah.. di sana kami cuma duduk, baca buku, main internet, ngelihatin orang lalu-lalang, seperti orang cengok....

Next... kisah selanjutnya ada di bagian 2 yaa biar nggak capek bacanya :)


.arifina007.


Comments

Popular posts from this blog

Guruku "tersayang" wkwkwk...

[Apresiasi Buku] Korean Cool: Di Balik Drama Reply 1988 sampai SMTown Paris 2012

[REVIEW] Bersenang-senang Membaca "Sirkus Pohon"