Kamu masih kuat berdiri, tidak ada alasan untuk berhenti berlari
Aku Tinggalkan Jejakku Di Sini
Get link
Facebook
Twitter
Pinterest
Email
Other Apps
kadang, ketika aku sudah terbang aku bisa tersangkut di dahan yang lain
Mungkin itulah saatnya aku berhenti sejenak, tenangkan pikiran, siapkan nafas, merenung, untuk mempersiapkan diri pada ketinggian yang lebih tinggi...
Sudah sejauh ini aku berjalan.
Aku meninggalkan jejak-jejak unikku di sini. Segala pikiran liar, amarah, sedih, bahagia kutumpahkan di sini.
Sudah lama, empat tahun yang lalu aku memasuki 'rumah' ini.
Ceritanya pindah rumah, dari kompleks sebelah lalu menemukan lokasi yang lebih unik, lebih nyaman, lebih bagus, dan lebih minimalis: Blogger.
Empat tahun yang lalu.
Tiga ratus dua puluh jejak sudah kutinggalkan di sini. Aku coba berjalan kembali ke masa lalu, 2008, ketika pertama kali aku menancapkan pikiran liarku.
Terus... terus.. terus kuikuti setiap jejak itu, dan hanya satu bunyi yang keluar dari mulutku....
Haha..
Sayangnya, aku tidak menampilkan bagaimana tampilan lamanku waktu itu, ini adalah tampilan laman yang terbaru.
See?
Gimana aku nggak tertawa 'haha' seketika aku membaca ini? Pembaca pasti sudah tau maksudku.
Ya, tulisan itu... tulisan alay itu. Waktu itu aku masih SMP, kata orang- masih zaman-zaman alay di mana para remaja kala itu sangat suka menyusun kata dengan huruf besar-kecil dan memaksakan angka menjadi huruf.
Baiklah, itulah tulisan pertamaku di sini. Berdasarkan arsip, tulisan itu dibuat pada Juni 2008 di mana waktu itu bertepatan dengan Thomas-Uber Cup dan piala EURO. Maka, sembilan belas tulisan yang aku post bulan itu kebanyakan membicarakan review pertandingan.
Lucu...
Betapa masih kekanak-kanakannya tulisan-tulisanku waktu itu. Maklum, masih SMP, jadi segala perasaan yang terjadi pada saat itu benar-benar aku tuliskan di sana. Bacalah.... bacalah bagaimana aku marah-marah, bagaimana aku banyak menyalahkan keadaan, bagaimana aku selalu protes dengan apa yang ada.
Anak-anak...
Dan aku melihat jejak perkembangan pendewasaanku di sini.
Meski sempat meninggalkan rumah ini selama kurang lebih setengah tahun- entah mengapa gairah menulisku selama itu hilang seketika dan begitu saja meninggalkan rumah ini. Dan ketika aku kembali, bak rumah beneran yang sudah ditinggal penghuninya- berdebu, banyak sarang laba-laba, kecoa, dan sangat kotor, begitu pun 'rumah' ini. Penampakannya sudah tak elok bagiku. Akhirnya, aku putuskan untuk kembali dan merombak semuanya.
15th January 2010, I comeback!!
'Rumah' ini kosong sejak Juni 2009. Untungnya hanya setengah tahun, kalau setahun mungkin aku sudah membuat rumah baru.
SMA.
Kisah-kisah itu yang menjadi paling lucu buatku. Baru kusadari betapa labilnya aku ini, betapa mudahnya aku rapuh, betapa mudahnya aku mematahkan sayapku. Bahkan ada satu cerita bersambung yang belum aku selesaikan sampai sekarang, The Kite.
Rumah dan tempat sampah
Buatku, ini adalah rumah dan tempat sampah. Rumah, karena di sini aku bebas berlarian, mengandangkan pikiranku, meninggalkan jejak hidupku, tempat di mana aku bisa menyaksikan bagaimana aku tumbuh.
Tempat sampah... Ya, kalau kamu baca tiga ratus dua puluh tulisanku di sini, ada beberapa hal yang sesungguhnya tak perlu kuungkapkan, tapi ujungnya kuungkapkan pula di sini.
Sebagaimana para pecinta lingkungan yang sebisa mungkin memanfaatkan berbagai macam sampah dan limbah untuk diolah kembali, begitu pun aku. Semua sampah itu mungkin tidak berguna sekarang, tapi bisa saja tahun depan semua sampah itu kudaur ulang untuk dirajut menjadi kisah baru yang lebih menyenangkan. Sederhananya: pelajaran.
Tak hanya itu, dengan tempat sampah yang bebas volume ini aku bisa tau bagaimana aku marah, bagaimana aku protes, dan bagaimana aku bersabar menghadapi semua. Jijik memang. Buat beberapa orang mungkin bepikir begini "Ih, apaan, sih? Gitu aja diomongin, gitu aja ditulis di blog, labil banget." Tapi buatku ini penting.
Seperti pengalaman wawancara penulis yang pernah aku bagikan di sini. Tria Barmawi mengatakan, "Tulisan itu tidak pernah mati." Fahd Djibran juga pernah mengatakan padaku dan teman-teman pada sebuah acara, "Saya pengen anak dan cucu saya tau, siapa ayahnya, siapa kakeknya. Saya pengen, kalau saya tidak pernah ketemu cucu saya, setidaknya cucu saya tau kakeknya adalah penulis. Saya bahkan jauh lebih tau tentang Bung Hatta daripada kakek saya."
Jadi, ini pula alasanku mengapa aku terkesan menuliskan semuanya di sini. Karena aku ingin menyaksikan jejak hidupku sendiri.
Ini zona nyamanku. Aku merasa sudah aman jika aku sudah menuliskan apa yang aku rasakan, kalau tidak, mungkin aku akan terus-terusan gelisah dan tidak segera move on.
Dari sini pun aku tau benar apa mimpiku. Ada dua kisah kegagalan yang aku tuliskan di sini, tapi itu bukan menunjukkan bahwa aku putus asa.
Inilah cara aku menghargai hidupku. That life is really wonderful, those dreams are really great.
dan empat tahun itu berlalu. Aku masih bertahan di sini.
Hei, masih banyak mimpi-mimpiku... aku akan tetap berada di sini, entah sampai kapan :)
This home is really mean to me
Aku nulis apa ini?
Entahlah, aku hanya ingin berbagi. Semua yang kuceritakan memang hanya ingin kubagikan pada orang-orang dan aku tidak terlalu berharap akan adanya feedback dari yang membaca. Sudah menulis di sini dan membagikannya pada orang-orang itu sudah cukup memuaskanku :)
Guru-guruku yang kusayang, guru-guruku di SMP. Huaaaa.. kangen SMP!! Tiap berangkat sekolah, pasti noleh dulu ke SMP ku, baru noleh dengan setengah hati ke SMA ku. Huft.. sudah SMA saya ini... huahah.. Belum terlihat kebahagiaan terasa di hati (tsaaah) Apa yg kukangenin waktu SMP?? Saat-saat akhir, waktu pendekatan UNAS. Saat-saat deg-degan, tapi itulah saat-saat paling bahagia. Trus guru-gurunya. Guruku gaul sekali!! Wkwkwk.. Dan yang paling aq kangenin,,, guru matematikaku yang lebay dan polos, Pak Hisyam. Huhuhuuu.. kita tuh selalu jahat sama Pak Hisyam. Kalo ada PR, nggak pernah ngerjain, kalo dikasih tugas malah main-main.. Tapi bapake tuh sabar banget, kan kita jadi semena-mena, wkwkwk.. saking kangennya, ampe bikin lagu.. Cuman ngubah lirik, sih.. Guruku Pak Hisyam Guru tercinta Tanpamu apa jadinya aku Nggak bisa itung-itung Pola bilangan Nggak tau persamaan kuadrat (dinyanyikan sesuai nada lagu GURUKU TERSAYANG dengan birama 4/4 nada dasar: C) Trus skrg udah SMA. Punya guru ma
Judul : Korean Cool Penulis : Euny Hong Penerbit : Bentang Pustaka Tebal buku : xx + 284 hlm; 20,5 cm Cetakan ke : Pertama Tahun terbit : 2016 Apa yang terlintas pertama kali dalam benakmu ketika mendengar sebuah negara bernama Korea? Jawabannya kalo enggak cowok ganteng, flower boy, Super Junior, ya SNSD. Korea yang kita kenal sekarang adalah salah satu negara paling keren di dunia dan negara paling berjaya se-seantero Asia. Tapi, Korea sekitar tiga hingga empat dekade lalu bukanlah negara yang kita tau sekarang. Korea tiga hingga empat dekade lalu adalah negara miskin yang pendapatan per kapitanya lebih rendah dari Guatemala dan Zimbabwe lalu sekarang kita menyaksikan sendiri perubahan besar yang dilakukan Korea. Buku ini bakalan membuka wawasan kita tentang apa yang dilakukan Korea sampai-sampai mereka bisa jadi raksasa Asia sekarang. Korea sama sekali tidak keren pada 1985. (hlm. xi)
Kalau di rumah, jarak antara kamar tidur dan kamar mandi itu bisa sampe meteran. Untuk menuju ke kamar mandi pun harus melalui perjuangan, yaitu turun tangga dulu. Kalau mau ke dapur, perjalanannya agak lebih jauh. Setidaknya, aku merasakan kakiku bergerak untuk menuju ke dua tempat paling penting di rumah itu. Tapi, sejak menyandang status sebagai "anak kosan", aku nggak perlu lagi ngerasain perjalanan jauh menuju ke dua tempat itu, seenggaknya kamar mandi aja soalnya ngesot sedikit juga udah nyampe.
Comments
Post a Comment
Yuk, share your thought!