Day 10 Without IG: Lebih Produktif, WOW!

Hari ke sepuluh tanpa Instagram, aku masih sehat sentosa dan bahagia sebagaimana mestinya wkwkwk. Maaf terlambat update cerita dan ternyata memang nggak bisa menulisnya setiap hari karena nggak setiap hari nyatanya ada cerita menarik terkait keseharian tanpa Instagram.
 
 

Sejauh ini memang masih sangat aman. Aku masih bisa mengerjakan pekerjaanku dengan lancar dan aku tidak ketinggalan informasi yang sedang hangat dibicarakan. Beberapa waktu lalu memang sempat ada sedikit masalah. Cuma sedikit dan tidak berdampak sama sekali kok. Jadi, setiap 2 minggu sekali hari Kamis kan timku punya program IG Live (seperti yang pernah aku sebutkan di cerita pertama). Nah, Kamis kemarin (8 Maret) kami pas ada jadwalnya.

Biasanya pas lagi live emang kami semua ikut stand by nonton lewat akun IG masing-masing. Semua itu untuk memantau komentar yang masuk sekaligus nambah-nambahin jumlah viewers. Karena aku sedang off IG, akhirnya pagi hari aku putar otak gimana supaya pas Live nanti sore aku tetap bisa nonton tanpa harus nebeng nonton sama rekan satu tim. Untungnya pas itu konsepnya bincang-bincang sama guest. Alhasil aku pinjam hapenya guest buat ikutan nonton IG hahaha.

Segitu doang sih masalahnya. Gak berfaedah kan? Emang hehehe. Alih-alih masalah, aku justru merasa jauh lebih produktif tanpa IG lho. Sebagai penggantinya kan aku pindah ke Twitter dan Facebook. Dari sisi informasi dulu, nih ternyata aku bisa jauh lebih update informasi kalau memantau via Twitter dibandingkan FB dan IG. Mulai dari KPop sampai informasi peristiwa lokal aku bisa tau semua. Barangkali juga karena di Twitter aku follow banyak akun berita sih.

Di Twitter karena algoritmanya masih agak lebih real-time dari IG jadi informasi yang muncul di timeline pun sesuai kronologi. Ngikutin perkembangan berita jadi mudah. Sedangkan kalau di Facebook aku malah nggak bisa menikmati isi timeline. Kesel sih. Misalnya nih pas lagi nemu berita menarik pas udah scroll jauh, eh tau-tau aplikasinya nge-refresh sendiri terus balik lagi ke lini paling atas. Berita yang tadi mau dibaca jadi hilang deh.

Nah, karena lebih mudah update informasi ini juga berpengaruh sama kinerjaku sehari-hari yang ngedit ribuan puluhan artikel dari beragam penulis. Kadang juga aku bisa lebih cepat mengerjakan karena nggak perlu repot-repot fact check informasi yang ditulis sama penulis lantaran di pagi hari atau semalam sebelumnya aku sudah baca informasi terkait hal tersebut. Kayak zaman sekolah dulu, malemnya belajar, besoknya pas diterangin guru udah ngerti wqwqwq.

Kadang ada terbesit juga sih rasa rindu untuk scrolling Instagram, tapi entah kenapa rindunya itu cuma seuprit. Setiap hari aku nggak perlu mikirin mau update storis apa, mau motret apa, atau mau bikin quote apa. Pula kalau lagi jalan-jalan, aku nggak perlu repot bikin storis seperti yang biasanya aku lakukan.

Hari ini tadi aku jalan-jalan ke Jombang dan Kediri bareng keluarga. Pas di Kediri kami menyempatkan mampir ke Arc d Triumph-nya Kediri itu lho yang dulu hits. Nah, ini kalau aku lagi pakai IG pasti aku bakalan bikin storis terus bingung bikin caption apaan. Tapi justru dengan nggak pakai IG secara otomatis aku juga nggak berniat untuk 'pamer' apapun soal perjalanan hari ini. Aku justru lebih menikmatinya dengan tenang.

Kapan hari itu aku sempat kena tegur sih sama seorang teman. Jadi ceritanya dia kirim DM ke aku. Terus besoknya dia tanya, "Kamu udah cek DM aku belum?" Aku jawab dengan menggeleng pelan, terus dia pasang muka gemash gitu, kayak kesal tapi gemas. Seolah-olah aku harus stand by IG terus-terusan, harus tau siapa yang kirim aku DM dan harus segera membalas hehehe. Akhirnya mau gak mau aku menjelaskan kalau aku sedang off IG. Terus dia terkejut. "Ya, ampuuun kok sampe segitunya sih kamu?" Begitu katanya.

Lalu ada lagi seorang teman lainnya. Kami udah hampir dua minggu gak ketemu (biasanya seminggu sekali ketemuan soalnya). Terus aku ngajak ketemuan gitu, kan. Nah, dia bilang lagi gak bisa. Aku tanya dong kenapa gak bisa? Terus dengan jawaban gemash juga dia bilang "Kan, aku lagi ke Java Jazz itu lho, Nyah," begitu katanya. Dari jawabannya itu kupikir "Oh, barangkali dia banyak-banyak storis soal Java Jazz dan aku melewatkannya."

Yha, seolah-olah apa yang distoris teman-teman kita itu harus kita ketahui tanpa mereka memberi tahu pada kita secara langsung. Ada baiknya juga sih, ya ternyata storis IG itu. Ngasih kabar kepada semua teman, ngasih tahu apa yang sedang kita lakukan sehari-hari biar mereka gak nanya-nanya. Tapi, ya maaf kalau ada yang tidak aku ketahui karena tidak semua kehidupan pribadi orang perlu aku ketahui.

Meski 'ketinggalan' info tentang aktivitas teman-temanku, tapi sejak tidak mengakses IG hidupku terasa lebih tenang. Aku kembali lagi cuit-cuit di Twitter dengan bebas, tanpa takut ada yang nge-judge. Aku juga nggak stres melihat isi storis yang cenderung pamer-pameran aktivitas (walaupun aku tahu, maksud para pengguna IG buat update storis itu cuma buat kesenangan pribadi. Tapi kalau dipublikasikan kan nilainya jadi lain, toh?)

Nah, sejak pindah ke Twitter pun aku menemukan fenomena unik yang lebih seru. Aku akan ceritakan di seri selanjutnya, ya. Mau scrolling Twitter dulu~
 
 
.arifina007.

Comments

Popular posts from this blog

Guruku "tersayang" wkwkwk...

[Apresiasi Buku] Korean Cool: Di Balik Drama Reply 1988 sampai SMTown Paris 2012

Gadis Rantau #2: Antara Tempat Tidur dan Kamar Mandi