Berani Bermimpi!



Assalamu'alaikum wr.wb

Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu –Arai (Edensor; Andrea Hirata)-

Satu kalimat sederhana ini selalu membayang-bayangi aku setiap aku membuat satu atau beberapa rancangan mimpi. Kalau dipikir-pikir, memang benar bahwa kalau kita punya mimpi, Tuhan pasti tau dan kalau kita terus berusaha dengan cara apapun untuk mewujudkannya pasti ada celah dimana Tuhan memberi kita restu akan mimpi itu.

Kadang mimpi itu datang tak terduga. Maksudnya, mimpi yang udah terpendam dari duluuuuuu banget sampai kita lupa lalu tiba-tiba mimpi itu terwujud tanpa ada tanda-tanda apa pun dari kita sendiri. Mimpi atau rejeki? Rejeki belum tentu mimpi kita tapi kalau mimpi yang terwujud tentulah jadi rejeki kita, tapi dua-duanya sama-sama yang diinginkan dalam hidup.

Kalau aku sendiri, pengen banget dari dulu mendapatkan sesuatu dari apa yang udah aku lakukan, misalnya menang lomba gitu. Sekalinya dapet, eh kelewatan, aku biarin gitu hadiahnya. Sedih.

Ah, pernah suatu ketika aku nyesel banget udah kelewatan sebuah rejeki. Jadi, waktu itu aku yang pencinta acara Dreamland Swaragama setiap Senin sampai Jumat jam 9 malem lagi dengerin sambil belajar. Waktu itu aku lagi ada ujian tengah semester di sekolah. Nah, mbak Ayu Rizqia waktu itu ngw-tweet lewat twitternya Swaragama, “Ayo academia Jogja, kamu punya quote apa mala mini?” ya, sekiranya gitu, deh… aku lupa persisnya, lantas aku yang lagi masa-masanya ujian langsung ngetik di twitter “Arifina 240593, kita masih bisa berdiri, tidak ada alasan untuk berhenti berlari.” Setelah itu aku lanjut belajar lagi.

Satu minggu kemudian, setelah ujian selesai aku buka akun Twitterku (aku selama seminggu nggak pernah online Twitter). Oh, ternyata dan ternyata… malam pada waktu aku ngirim quote itu seminggu yang lalu, aku dimention sama Swaragama bahwa aku dapet merchandise. Yaah, karena mikirnya ini sudah seminggu dan mungkin merchandise itu udah nggak bisa diambil, akhirnya aku relakan. Setelah kejadian itu, kapan pun dalam keadaan apapun aku bertekad nggak boleh menyia-nyiakan kesempatan karena buatku sekali hilang kesempatan rasanya nggak mudah mendapatkan kesempatan ke dua.

Itulah mimpi yang tak terduga.

Dalam kalimat Arai tadi tersirat makna bahwa kita nggak boleh takut untuk merancang sebuah mimpi dan berusaha mengambil langkah nekat demi mewujudkan mimpi itu.

Okelah kalau kita sudah berani merancang mimpi, membuat daftar mimpi dan cita-cita yang harus dicapai dalam hidup kita tapi kemudian pada suatu keadaan kita harus melepasnya karena alasan (mungkin) kita (merasa) nggak mampu, kesempatannya kecil, saingannya banyak, dan sebagainya. Sebenarnya kekhawatiran dan ketakutan semacam ini diciptakan oleh otak kita sendiri maka kalau sudah begini kita harus lekas menghilangkannya, keburu benar-benar melekat dalam benak.

Aku juga pernah ngalami hal semacam ini.

Aku baru aja lulus SMA tanggal 16 Mei lalu. Tentulah setelah SMA banyak dari kita yang mengharuskan diri melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi. Aku sudah gagal dalam langkah pertama menuju perguruan tinggi. Malam tanggal 17 Mei adalah pengumuman penerimaan mahasiswa melalui SNMPTN undangan (jalur prestasi/non tes). Mungkin belum jalanku, aku belum diterima. Waktu itu aku pilih UI jurusan Komunikasi dan Psikologi dan yang ke dua IPB jurusan konservasi hutan dan Teknik Pangan.

Sebenarnya kecewa juga, sih, tapi nggak mungkin aku berhenti melangkah karena masih ada kesempatan ke dua yang sepertinya masih harus ditempuh yaitu melalui ujian tulis. Oke, setelah itu aku belajar terus demi tembus ke perguruan tinggi.

Kendalanya adalah….

Di ujian tulis nanti aku akan tetap ngambil Program Studi Komunikasi dan perguruan tingginya UI dengan Unpad, awalnya seperti itu. Universitas Indonesia itu sudah menjadi mimpiku sejak SMP. Aku pengen banget sekolah disana jurusan Komunikasinya. Aku tau dari tahun ke tahun peminat jurusan ini ribuan sedangkan kursi yang diperebutkan hanya sedikit, tahun ini ada 53. Aku tetap memilih UI setelah pada seleksi non tes itu aku tidak diterima. Sayang, pada suatu hari ada baying-bayang yang bisikin aku, “UI kursinya sedikit, peminatnya banyak. Udah, lepasin aja ganti yang lain. Unibraw atau dimana gitu tapi Unpad tetep kamu pegang.” Ibu juga sebenarnya merekomendasikan semacam itu. Perasaan takut itu pun muncul. Ah, menyebalkan! Aku jadi dilemma. Masa aku harus ngelepasin UI begitu aja? MImpi yang udah aku rancang kurang lebih 5 tahun lamanya? Harus dihentikan disini bahkan sebelum aku mendapatkannya?

Aku udah tulis di kamarku sejak kelas X SMA “Next Destination è UI KOMUNIKASI” aku tulis segede mungkin. Terus di Facebook juga aku pasang profil picture logo UI.

Dan pada suatu malam aku merenung. Aku sudah berbuat semacam itu, boleh aja orang berkata heboh. Buat apa aku ngerancang mimpi sekolah di UI dari SMP kalau sekarang harus dilepas? Buat apa aku memasang tulisan besar itu di kamar? Untuk apa aku memasang foto profil di facebook dengan logo UI? Rasanya kalau aku ngelepas justru sama dengan aku bunuh diri. Lucunya, dari bisikan-bisikan itu aku pun malah nggak berani melepas UI.

Aku cerita sama sohib ku tentang ini. Dia bilang “Jangan! Kamu harus tetep pegang atau kamu kehilangan harapanmu! Kalau kamu kepingiiiiiinn banget, berusahalah yang keras! Kamu pasti bisa!” dan juga sohibku yang lain bilang “Kita hidup ini untuk mimpi. Buat apa hidup kalau nggak meraih mimpi. Kalau kamu lepasin, sama aja kamu lepasin hidupmu juga.” Akhirnya… terlintas satu lirik lagu

Dan ternyata cinta yang menguatkan aku (Belum Terlambat-Pagi)

Aku udah jatuh cinta sama UI dan ternyata karena kecintaan itu yang bikin aku tetap kuat untuk tidak melepasnya! AKu nggak boleh nyerah! Akhirnya sekarang aku putuskan untuk tetap memegang UI!!!!!

Mimpi memang butuh perjuangan. Perjuangannya pun nggak main-main kalau kita memang bener-bener mau mewujudkannya bahkan dengan langkah yang sanngat nekat sekali pun!

Hidup harus berani bermimpi seperti kata Arai. Mimpi nggak boleh dipupuskan! Mimpi harus diwujudkan, academia Jogja!

Percayalah, kalau suatu saat mimpi itu terwujudkan kita pasti akan merasa berharga banget dan menjadi hamba-Nya yang paling disayangi. Kalaupun mimpi itu gagal, harus coba lagi dan jangan lepaskan begitu aja, seperti rejeki, sekali hilang rejeki… sudah, deh..

Semangat terus! Jangan takut merancang mimpi! Jangan takut nekat untuk mewujudkannya.

Aku memang belum mewujudkan mimpi besarku, tapi aku sedang berusaha keras. Doakan saya!!! J

Comments

  1. fifiii, kamu ikutan swaragama writing competition yaaa??

    ReplyDelete

Post a Comment

Yuk, share your thought!

Popular posts from this blog

Guruku "tersayang" wkwkwk...

[Apresiasi Buku] Korean Cool: Di Balik Drama Reply 1988 sampai SMTown Paris 2012

Gadis Rantau #2: Antara Tempat Tidur dan Kamar Mandi