Mengapa Kotagede Begitu Spesial?

Kalau jalan-jalan ke Yogyakarta, tempat mana saja yang ada dalam daftar kunjunganmu? Provinsi satu ini memang selalu jadi idola dan bikin jatuh cinta semua orang. Bagaimana tidak? Sekadar melancong kesini saja kita sudah bisa dapat banyak tempat dan ilmu baru, mulai dari alam sampai sejarahnya. Nah, Yogyakarta tentu saja tak melulu soal Malioboro. Lebih dari itu, di sekitar kawasan Keraton Yogyakarta kita akan banyak menemukan tempat-tempat yang menyimpan sejarah.
 
Dari Keraton Yogyakarta berjalan sedikit ke arah timur kita akan sampai di Kotagede. Kawasan ini terkenal sekali dengan kerajinan peraknya. Namun, lebih dari itu Kotagede ternyata menjadi kawasan yang begitu spesial bagi Yogyakarta. 
 
Kawasan yang menjadi salah satu kecamatan di Yogyakarta ini merupakan saksi bisu berdirinya Kerajaan Mataram Islam. Dulunya Kotagede adalah hutan belantara bernama Mentaok yang pada abad ke-16 hutan ini dihibahkan kepada Ki Gede Pemanahan oleh Sultan Hadiwijaya, penguasa Kesultanan Pajang waktu itu. Hutan ini diberikan lantaran Ki Gede Pemanahan berhasil menaklukkan musuh kerajaan.
 
Kemudian Pemanahan bersama putranya Danang Sutawijaya pindah ke hutan tersebut dan memulai kehidupan di sana. Seiring berjalannya waktu, kawasan hutan Mentaok berubah menjadi sebuah desa yang makmur dan Pemanahan membuat nama untuk kawasan ini yakni Mataram sehingga ia punya julukan baru, Ki Gedhe Mataram.
 

Salah satu peninggalan Kerajaan Mataram (foto: http://poetriedee.blogspot.co.id)
Salah satu peninggalan Kerajaan Mataram (foto: poetriedee.blogspot.co.id)
 
 
Pemanahan meninggal pada tahun 1575 dan kekuasaannya digantikan oleh putranya yang bergelar Senapati Ingalaga. Di bawah kepemimpinan Senapati ini, wilayah kekuasaan meluas hingga lebih dari separuh wilayah Jawa termasuk Pajang. Sementara itu, wilayah Mataram yang ditempatinya sejak awal berdiri menjadi ibukota bagi Mataram dengan nama Kotagede (kota besar). Senapati kemudian membangun benteng yang mengelilingi keraton di tepian Sungai Gajah Wong. 
 
Sementara itu di Kesultanan Pajang tengah terjadi perebutan kekuasaan setelah wafatnya Sultan Hadiwijaya. Putra mahkota Pajang, Pangeran Benawa, berhasil disingkirkan oleh Arya Pangiri. Pangeran Benawa kemudian meminta bantuan Senapati untuk kembali merebut kekuasaan di Kesultanan Pajang dan berhasil. Awalnya, Pangeran Benawa memberikan tahta Pajang kepada Senapati namun ditolak. Setahun kemudian Pangeran Benawa meninggal dan ia berpesan agar Kesultanan Pajang dipimpin oleh Senapati. Sejak saat itulah Kerajaan Mataram berdiri dan Senapati mendudukkan dirinya sebagai raja pertama Mataram Islam.
 

Masjid peninggalan Kerajaan Mataram di Kotagede (foto: jelajah-masjid.blogspot.com)
Masjid peninggalan Kerajaan Mataram di Kotagede (foto: jelajah-masjid.blogspot.co.id)
 
 
Hingga kini peninggalan Kerajaan Mataram Islam di Kotagede masih bisa kita saksikan. Bila Kawan melancong ke daerah Kotagede, Kawan akan menemukan salah satu tempat bersejarah peninggalan Kerajaan Mataram yaitu Masjid Besar Mataram Kotagede. Masjid ini menjadi salah satu benda cagar budaya Yogyakarta yang dibangun pada tahun 1587 oleh Panembahan Senapati Sutowijaya. Selain itu, pusat kerajaan berada di Kampung Dalem yang jaraknya kurang lebih 300 meter dari kediaman Ki Ageng Pemanahan.
 
Jadi pusat kerajinan perak
 
Kotagede yang kita kenal sekarang adalah wilayah pusat kerajinan perak. Menurut penuturan salah satu pengrajin perak di Kotagede, saat Kesultanan Mataram masih berjaya di sini para raja sangat menyukai perak. Kemudian rakyatnya diminta untuk membuat perhiasan-perhiasan perak. Mulanya adalah Panembahan Senapati yang menyuruh abdi dalemnya membuat kerajinan dari perak dan emas, kemudian hal itu menjadi lestari dan membuat Kotagede mempunyai ciri khas sebagai pusat pengrajin perak.
 
Para abdi dalem tersebut tinggal mengelompok di suatu perkampungan yang setiap wilayahnya punya nama tersendiri sesuai dengan jenis kriya yang dibuat sang abdi dalem. Nama-nama itu sampai sekarang masih bisa kita temui seperti kampung Kemasan yang dulunya menjadi tempat pengrajin emas, Pandean bagi pengrajin alat-alat dari besi, Mranggi yang menjadi tempat para pengrajin keris, dan Bathikan yang menjadi pusat pengrajin batik.
 
Tak hanya perhiasan, para pengrajin perak Kotagede juga membuat kerajinan kriya seperti miniatur candi ini
Tak hanya perhiasan, para pengrajin perak Kotagede juga membuat kerajinan kriya seperti miniatur candi ini
 
Sementara itu kalau kita menilik dari sisi bisnis kerajinan perak hal ini sebenarnya tidak terlepas dari pengaruh kolonial Belanda di tanah air, dalam hal ini adalah wilayah Mataram. Konon, meski pusat Kerajaan Mataram dipindahkan dari Kotagede ke Kerta, namun masyarakat Kotagede masih tetap meneruskan usaha kerajinannya dan menjadikannya sebagai mata pencaharian. Hal ini pun memicu ketertarikan pemerintah Belanda terhadap perak. Banyak dari mereka yang memesan berbagai peralatan dan perlengkapan rumah tangga yang terbuat dari perak. Sejak saat itulah produk-produk kerajinan perak masyarakat Kotagede semakin luas pemasarannya bahkan sampai keluar negeri.
 
Meski sempat mengalami naik-turun pemasaran dan penjualannya, namun sampai detik ini kita masih menyaksikan banyak toko-toko perhiasan perak berjejeran di kawasan Kotagede. Maka, kalau jalan-jalan ke Kotagede, tidak lengkap rasanya kalau belum berkunjung ke toko atau galeri perhiasan perak. Yah, setidaknya kita melihat proses pembuatan perhiasan perak hingga sampai ke etalase toko yang kilau-kilaunya bisa menyipitkan mata kita.

*
tulisan ini pertama kali dimuat di Good News from Indonesia.

.arifina007.

Comments

Popular posts from this blog

Guruku "tersayang" wkwkwk...

[Apresiasi Buku] Korean Cool: Di Balik Drama Reply 1988 sampai SMTown Paris 2012

Gadis Rantau #2: Antara Tempat Tidur dan Kamar Mandi