Membayangkan Kereta Indonesia 28 Tahun Lagi




Pulang lagi, yeay! Apa lagi, sih yang dinanti-nantikan sama anak rantau kalau bukan pulang ke rumah? Pulang selalu jadi momen paling spesial buatku, apalagi perjalanannya.  
Aku sudah mulai jadi pelanggan setia kereta api sejak mulai merantau kuliah ke Bandung tahun 2011. Sejak itu, setiap pulang ke Yogya aku selalu menggunakan kereta api. Begitu pula sekarang ketika sudah bekerja di Surabaya, kereta api jadi moda transportasi prioritasku buat pulang kampung. Pernah sekali mudik naik travel dari Surabaya-Yogya. Waktu tempuh yang harusnya cuma 8 jam harus extend jadi hampir 13 jam! Sejak saat itu enggak mau lagi pakai transportasi jalan raya. 

 Nah, sepanjang pengalaman naik kereta api dari tahun 2011 sampai sekarang aku pikir KAI berubah sangat cepat, mulai dari pelayanan, ticketing, sampai gerbong-gerbongnya. Dan semua itu terjadi hanya dalam waktu 6 tahun!
Pertama kali yang aku rasakan adalah kereta gerbong Bisnis yang awalnya enggak pakai AC kemudian semua dipasangi AC. Aku mengalami masa-masa di mana gerbong Bisnis KA Lodaya Bandung-Yogya belum pakai AC tahun 2011 sampai pertengahan 2012. Wah, 8 jam perjalanan tanpa AC, bisa bayangin dong mabuknya kayak apa? Eh, untungnya tak lama kemudian Pak Jonan bikin kebijakan semua kelas gerbong HARUS dipasangi AC. Yeay! Naik KA Bisnis atau bahkan Ekonomi pun nggak kepanasan lagi.
Kemudian soal kebersihan. Tahun 2012 kerasa betul gerbong kereta selalu bersih. Setiap mau berhenti di stasiun-stasiun besar para petugas kebersihan akan berkeliling gerbong untuk memungut sampah. Jadi, perjalanan pun nyaman karena tempat duduk kita bersih.
Kereta api selalu jadi pilihan siapapun yang bepergian jauh karena dari semua moda transportasi jarak jauh yang waktunya benar-benar pas emang cuma kereta api. Opini ini bahkan pernah diomongin sama Dede Yusuf, loh di akun Instagramnya. Katanya, sekarang ini kalau ke Bandung-Jakarta naik mobil waktunya udah enggak manusiawi lagi, bisa sampai 8 jam! Mending pakai yang pasti-pasti aja, yaitu kereta api.

Kalau aku sendiri memang masih mengandalkan kereta api kalau mau pergi jauh, kecuali jauh banget, misalnya dari Bandung-Surabaya (udah kayak lagu aja, ya?). Dulu waktu masih baru-baru lulus, aku yang melamar kerja ke Surabaya harus menempuh jarak sekitar 750 km dari Bandung yang waktu tempuhnya sampai ngelewatin shalat 3 waktu. Bayangkan 12 jam ada di dalam  kereta dan kamu enggak ngapa-ngapain. Mau kerja nggak bisa soalnya di dalam gerbong nggak ada wifi. Mau nonton film males buka laptop, dengerin lagu pun playlist-nya enggak cukup muterin lagu sampai 12 jam. Karena lamanya waktu tempuh ini makanya aku lebih memilih pesawat yang lebih cepat sampai tujuan. Setidaknya enggak harus berangkat malam sampai di Bandung juga sudah siang lagi.

Yang aku bayangkan, dengan cepatnya perubahan manajemen kereta api, kayaknya dari segi kecepatan kereta kita juga akan cepat berbenah. Apalagi sejak  tahun 2015, kan ada wacana mau membangun kereta cepat JKT-SBY yang bisa memangkas waktu tempuh jadi jam 3 jam aja. Ini, wow banget, sih. Aku harap kereta cepat seperti ini segera terwujud dan cepat juga distribusinya. Membayangkan juga 28 tahun lagi, tepat di  usia PT KAI yang ke-100 kita semua sudah bisa menikmati kereta cepat ini.
2045 kita juga sudah punya kereta cepat seperti ini
Tahun 2045 nanti, nama KAI bisa saja sudah ganti. Tepat di usianya yang ke-100 itu, namanya akan berganti menjadi Kereta Indonesia. Kereta kita bahkan tidak lagi menggunakan kereta api yang digerakkan oleh bahan bakar melainkan magnet dengan kecepatan yang berlipat-lipat dari kereta api saat ini. Kereta dengan sistem ini memiliki kecepatan 400 km/jam seperti milik Shanghai bahkan hingga 600 km/jam seperti yang dimiliki Jepang. Saat ini maglev tersebut jadi yang tercepat di dunia, dengan jarak 1,8 km bisa ditempuh hanya dalam waktu 11 detik! Kalau kereta kita pakai sistem ini, lamanya perjalanan 12 jam dari Bandung-Surabaya akan menjadi dongeng lama karena waktu tempuhnya akan menjadi 3 jam saja! Jadi, sampai Surabaya masih tetap cantik, deh.
Gerbong kereta juga sudah semakin canggih, khususnya untuk yang jarak jauh. Kabinnya akan mirip seperti kabin pesawat yang ada tombol-tombol penting di atas tempat duduk, seperti tombol lampu, pemanggil pramugari, dan pemanggil petugas kebersihan. Setiap tempat duduk ada layar monitornya sehingga bagi penumpang yang menempuh perjalanan jauh dalam waktu lama bisa menikmati perjalanan sembari menonton film atau mendengarkan musik sendiri.

Dan! Satu lagi yang sebenarnya wajib ada di setiap gerbong kereta adalah wifi. Zaman sekarang sampai masa depan nanti siapa, sih yang enggak tergantung sama internet? Aku ingat, suatu hari pernah satu gerbong sama bule-bule ekspatriat gitu. Lalu ada salah satu bule itu nyeletuk cari wifi, dia tanya ke pemandu travelnya, "Ada wifi nggak di sini?" dan dijawab enggak ada sama pemandunya yang duduk di kursi seberangnya. Apalagi kereta bukan cuma dipakai sama mereka yang mau liburan melainkan juga yang bekerja. Jadi, harusnya setiap gerbong dipasangi wifi supaya orang-orang yang melakukan perjalanan dalam rangka bekerja bisa mengerjakan tugasnya di dalam kereta. Biar enggak mati gaya juga, sih kalau perjalanannya lama banget.

Kalau gerbong-gerbong baru yang sekarang aku akui memang udah cukup nyaman. Meski memang belum semua gerbong kereta ganti menjadi yang baru, yang bersih dan putih dan dingin itu. Jadi, alangkah baiknya kalau KAI segera mengganti semua gerbong-gerbong lama yang AC-nya suka bocor itu, terutama KA jarak jauh. Karena kalau kita mau menatap ke depan lebih jauh, kereta akan menjadi moda transportasi massal masa depan yang utama, bahkan untuk selamanya, dengan sistem teknologi yang semakin terbarukan tentunya.

Coba ingat lagi, kereta sudah menjadi moda transportasi massal di Indonesia sejak zaman kolonial Belanda dan sampai sekarang masih ada. Terlebih semakin banyak yang memilih kereta untuk bepergian jauh karena waktu tempuhnya yang tidak pernah berubah. Maka, sebaiknya cepat-cepat gerbong kereta diganti semuanya. 
Sekarang, besok, dan selamanya adalah kereta

Dari sistem ticketing kereta 28 tahun lagi, kita juga sudah enggak pakai kertas sebagai boarding pass maupun bentuk tiketnya melainkan sudah terintegrasi dalam sebuah kartu. Beberapa waktu lalu, kan KAI sempat meluncurkan kartu Railpay KAI yang fungsinya adalah sebagai e-money, jadi hanya untuk pembayaran. Nah, di masa depan kartu itu juga sebagai tiketnya. Jadi kita kalau mau naik kereta tinggal nge-tap kartu tersebut di pintu masuk ruang tunggu atau pintu gerbong kereta. Kan, sudah ada wacana juga bahwa manajemen kereta api sudah diarahkan ke digital. Maka, bukan tidak mungkin, dong sistem tiket menggunakan kartu sebesar KTP itu.

Ah, kalau membayangkan sampai 100 tahun usia KAI mungkin masih jauh, tapi kalau kita tidak berhitung rasanya bakalan cepat, lho. Dan seperti aku sampaikan tadi di atas, pelayanan kereta api oleh KAI mengalami perubahan sangat cepat. Yang terakhir aku amati adalah bantal kereta yang tadinya bantal keras berbentuk segi empat, disarungi pakai sarung bantal warna biru sekarang sudah diganti dengan yang baru. Warnanya merah dan sepertinya lebih empuk.

So, kalau kita sendiri apakah sudah mempersiapkan diri menyambut era kereta Indonesia yang lebih canggih?

.arifina007.

Comments

Popular posts from this blog

Guruku "tersayang" wkwkwk...

[Apresiasi Buku] Korean Cool: Di Balik Drama Reply 1988 sampai SMTown Paris 2012

Gadis Rantau #2: Antara Tempat Tidur dan Kamar Mandi