Gadis Rantau #8: Teman

Kemarin siang karena terserang rindu, aku ngobrol sama Zulfa, salah satu sobat diskusi buku, via whatsapp. Dia sibuk sekarang, udah gawe jadi penulis naskah di MQFM Bandung. Keren.
Ah, aku nggak bicara soal kerjaan. Di tengah obrolan kami, Zulfa bilang kalo dia sedih, satu per satu kawannya mulai meninggalkan Jatinangor. Walaupun dia wakamsi Cicalengka, tapi tetep aja temen-temen kuliahnya tinggal di Jatinangor, jadi buatnya Jatinangor tetap menjadi tempat yang menuai kerinduan.

Lalu Zulfa bilang "Jatinangor emang ngangenin, tapi apalah Jatinangor kalo nggak ada temen-temen." begitu katanya. Aku jadi sedih juga.

Gecibecil #1_the only one full team picture :(
Menghitung hari.
Sebentar lagi aku angkat kaki dari sini. Ah, kenapa rasanya enggan? Padahal beberapa temanku juga sudah hengkang dari sini. Sudah susah untuk ketemuan sekedar makan bareng atau karaokean nyanyi-nyanyi gak jelas. Tapi ingin pulang juga. Sudah lama - padahal sebulan lalu udah pulang, tapi nggak berasa soalnya di rumah cuman bobo dua malem.

Pulang enggan, tinggal tak mau.

Alasanku enggan pulang adalah karena aku masih ingin jumpa sama teman-temanku yang ada di sini. Ya, tinggal jauh dari rumah bikin ku belajar tentang betapa berartinya teman-teman. Kita mungkin merasa hidup sendirian di perantauan, jauh sama orang tua dan kakak atau adik yang ada di rumah. Makan harus bikin atau cari sendiri. Pokoknya segala serba sendirian. Tapi, kita nggak akan kesepian karena ternyata pun ada orang-orang yang juga merantau seperti kita dan pada akhirnya kita berteman. Sesudah itu kita menjalani hari-hari bersama. Ketawa, marah, sedih, nangis, kita tumpahkan semuanya bareng teman-teman, orang yang saat itu secara fisik dekat dengan kita. Kita juga belajar tentang "bertahan hidup jauh dari orang tua" bareng teman-teman.

the day we fit 9 together in MbaHell's room

Gecibecil #2 (minus one)_ritual after singing in Bale Padjajaran 3


Di perantauan, teman-teman yang akan menjaga kita dari kesesatan. Saling menjaga maksudnya, ya walaupun ujung-ujungnya kita jadi sesat semua. Sebuah kesesatan yang kita sebut dengan kegilaan. Kalau sudah "gila", kita merasa bahagia dan merasa menjadi insan paling bahagia di seluruh muka bumi ini dan bangga dengan kondisi kita yang susah maupun senang nggak ada bedanya itu. Seperti kata Sheila On 7 dalam lirik lagu 'Sahabat Sejati' : 
Kita slalu berpendapat, kita ini yang terhebat / Kesombongan di masa muda yang indah
Di perantauan, merekalah yang selalu tidak akan membuat kita kesepian... atau sebaliknya, mereka yang merasa kesepian. Di suatu hari yang gabut, ketika kita di kosan tidak ngapa-ngapain dan sendirian, tiba-tiba teman kita mengirim pesan singkat ngajak keluar untuk makan niscaya itu adalah kabar paling membahagiakan dalam seharian. Apalagi kalau doi mau neraktir, kebahagiaan itu jadi lima kali lipat. Ya, gunanya teman di perantauan lainnya adalah mereka menyadarkan pada kita bahwa bahagia itu nggak perlu yang gede-gede. Kita bahagia dengan cara yang amat sederhana. Bahkan hanya dengan sekotak mendoan pun...

 Bukan cuma tahu bulat yang bisa dadakan. Makan malem rame-rame di kosan MbaHella pun bisa dadakan sampe yang punya ngomel-ngomelin tamunya. Huvd.

terima kasih mendoannya! God bless you all

Teman-teman ini adalah orang-orang yang paling asyik diajak ngobrol dan bercanda. Ngobrol apapun dan dimanapun. Di dalam jurusan, misalnya, ketika menunggu antrean untuk bimbingan, kita bisa ngobrol mulai dari topik skripsi sampe omongan deterjen mana yang paling wangi dan murah. Membincangkan pewangi laundry-an yang wanginya bisa awet sampe tahun depan, dengan cara yang serius semacam ngobrolin tugas kuliah. Dan tak ketinggalan, sebuah topik perbincangan favorit pemuda usia 20an, yang mau ngobrolin apapun, topik ini selalu ada: jodoh. Mau yang udah punya pacar atau yang masih jomblo sepanjang hidupnya, tetep obrolannya soal itu.

Teman-teman ini yang membantu kita menemukan jati diri, menemukan siapa kita sesungguhnya. Ketika kamu udah bisa menggila sama sekumpulan orang, artinya sekumpulan orang itu berhasil membuatmu nyaman dan menjadi diri sendiri. Setidaknya itu yang terjadi sama aku. Dulu aku orangnya jaim dan pendiam, pemalu. Sekarang, sejak merantau dan kenal sama teman-temanku di sini, mereka yang selalu protes ketika aku mengaku sebagai seseorang yang pendiam. Mereka yang akan teriak "NO NO NO" pertama kali kalau kubilang aku orangnya pemalu. Padahal aku memang pendiam dan pemalu. Hm.

.Dumb and dumber. With the girl-next-building, soon to have her debut as CNN online reporter. Good luck!

Best capture ever! Kalian asik!


Dan...
Ya, betul kata Zulfa. Apalah arti Jatinangor kalau nggak ada temen-temen. Sama dengan apalah arti tempat kita merantau kalau kita akhirnya sendiri lagi, jadi susah membuat cerita lagi. Risikonya memang begitu, apa yang sudah terjadi keluarannya nanti adalah memori. Suatu ketika memori yang bahagia itu muncul dalam pikiran, dia bisa menjelma menjadi memori yang menyedihkan. Seperti peran Joy dan Sadness dalam film Inside Out.

Jadi inget. Dulu pertama kali kesini aku sendirian, merasa nggak punya teman dan sangat takut untuk hidup sendirian selama empat tahun. Tapi dugaan itu salah besar. Aku lupa kalau siapapun yang ada di sekitar kita itu bisa jadi teman seperjuangan dan bertemulah aku dengan teman-temanku itu. Akhirnya aku nggak merasa sendiri dan nggak kesepian. Tapi, seperti siklus hujan, awan yang udah bersusah payah mengumpulkan uap air pada akhirnya harus menumpahkan air ke bumi. Awan jadi ringan lagi. Sekarang, aku merasa sendiri lagi. Meskipun masih ada teman-temanku di sini, tapi tetap saja rasanya sepi. Apalagi nanti kalau aku pulang, rasanya aku sudah kesepian duluan.

Tapi, seorang kawan pernah menulis status begini : "If you don't lose friends, you are not growing up." Ada benarnya juga. Dunia ini kabarnya dihuni oleh lebih dari 7 miliar manusia, artinya kita punya banyak peluang untuk berteman dengan banyak orang. Artinya lagi, teman kita nggak harus yang itu-itu aja. We need to know other people so we can grow up. Banyak juga orang bilang, ketika kita kehilangan sesuatu, percayalah Tuhan akan menggantinya. Kalau dalam hal pertemanan, maksudnya mungkin Tuhan akan mengirimkan lebih banyak lagi orang untuk kita jadikan teman dengan tidak melupakan teman-teman yang sudah kita miliki sebelumnya.

Biar gak bosen nungguin sidang skripsi. Hm.
Menulis proposal debut Andin sebagai personil ke-10 SNSD yang sampai sekarang nggak debut-debut

Bagaimanapun, kita tetap harus berpisah agar kita semakin mengerti yang namanya rindu dan kesabaran. Semoga ketika kita ketemu kelak, teknologi masih bersahabat dengan kita sehingga pertemuan kita tidak sekedar menatap layar gawai tapi menatap wajah kita satu sama lain.

Semoga kita jadi orang baik-baik selalu. I know you all will become a great people in the future. Jangan sombong, ya. Tetaplah menjadi asik dan tidak macam-macam. Aku juga begitu. Ah, kok jadi galau.

Udah, deh. Pokoknya makasih yha~

Jurnal11 bersama Abang. Foto 18/12/2014 UAS terakhir kita

.arifina007.


Comments

Popular posts from this blog

Guruku "tersayang" wkwkwk...

[Apresiasi Buku] Korean Cool: Di Balik Drama Reply 1988 sampai SMTown Paris 2012

Gadis Rantau #2: Antara Tempat Tidur dan Kamar Mandi