Ayah, Mengapa Semester Tujuhku Berbeda?

"Udah semester berapa, mbak?" tanya salah seorang kerabat ayahku dalam sebuah silaturahmi lebaran tahun 2014.
"Semester tujuh, Bu," jawabku sembari tersenyum.
"Ooh, udah mau selesai, dong, ya? Udah nyusun skripsi," tanggap kerabat ayahku itu. Seketika keramahanku menciut.

How could I explain to you, ma'am? Heuff.
***
Jatinangor, 18 Desember 2014
Selamat tinggal semester tujuh! Hari ini adalah hari terakhir UAS dalam masa perkuliahanku di kuliah S1 ini. Semester depan aku dan teman-teman hanya akan menghadapi sidang, sidang, dan sidang. Akhirnya semua ini selesai!!! 

Orang-orang pasti berpikir kalau seorang mahasiswa program sarjana alias S1 sudah memasuki semester tujuh artinya ia sudah di penghujung waktu kuliahnya. Orang pasti berpikir bahwa di masa itu mereka sudah menginjak tingkat akhir dan sudah menyusun segala keperluan skripsinya. Well, itu hanya pemikiran umum. Tapi semester tujuhku di sini berbeda. Apa bedanya?

Oke, percakapan di atas adalah salah satu contoh percakapan universal yang ditanyakan oleh orang-orang yang baru kukenal atau baru ketemu. Aku yakin percakapan itu juga terjadi pada seniorku terdahulu dan teman-temanku sekarang. Lantas bagaimana reaksi kami? "Ah, elaah.. masih jauh keleus sekripsi," kira-kira begitu. Atau mungkin pernyataan itu hanya terngiang dalam hati, sementara untuk menjawab pertanyaan serupa mungkin kami cuma menaikkan bola mata dan tertawa miris.

Inilah semester tujuhku, semester tujuh kami mahasiswa jurusan jurnalistik Fikom Unpad. Kalau ada orang bertanya atau membuat pernyataan "Wah, sudah nyusun, ya berarti?" lalu kami jawab "Ah, belum. Masih ada banyak kuliah, hehe.." orang kebanyakan akan berpikir kalau kuliah yang dimaksud adalah kuliah-kuliah remidial alias ngulang. Tapi sesungguhnya bukan itu yang kami maksud.

Di saat teman-teman dari jurusan lain atau fakultas lain atau universitas lain di semester yang sama sudah rempong dengan usulan masalah, penelitian skripsi, atau mengejar-ngejar dosen pembimbing skripsi, kami masih berkutat dengan tujuh mata kuliah yang harus kami lalui. Semester tujuh dengan tujuh mata kuliah, seru bukan? Ya. TUJUH!
Di semester ini kami masih harus menjalani mata kuliah seminar, ekonomi politik media, kapita selekta, penulisan berita mendalam, jurnalisme kontemporer, dan dua job training: cetak dan elektronik. 

Semester tujuh kami memang berbeda. Sistem perkuliahan kami juga berbeda. Kami punya mata kuliah-mata kuliah bersyarat yang wajib lulus dan wajib diikuti. Mata kuliah ini sudah kami emban sejak penjurusan di semester tiga. Mata kuliah bersyarat itu di antaranya adalah wawancara-penulisan berita cetak-penulisan berita khas-penulisan berita mendalam. Masing-masing dilakukan pada semester 3-4-5-7. Semester 6 memang tidak ada mata kuliah bersyarat yang harus diikuti, tapi ada satu mata kuliah yang seolah "memaksa" kami untuk mengikutinya, yakni mata kuliah Penulisan Artikel.

Selain mata kuliah bersyarat, mata kuliah job training yang seharusnya sudah bisa kami ambil pada semester 6 harus ditahan dulu oleh dosen di jurusan dan kami baru boleh mengambilnya pada semester tujuh dan delapan karena waktu itu alasannya kakak kelas kami masih banyak yang belum mengambil job training sehingga ada ketakutan di mana lapangan tempat praktik kerjanya sedikit dan persaingan semakin ketat. Asumsiku, kalau kami seangkatan mengambil job training waktu semester 6 lalu, maka itu akan menyusahkan kakak-kakak kelas kami untuk menyelesaikan perkuliahannya. Dan yang perlu diketahui juga adalah kami tidak hanya menjalani satu kali job training melainkan dua! Haha.. *ketawa aja* Karena kami jurusan jurnalistik, jadi kami mau tak mau harus punya pengalaman di media cetak dan elektronik. Entah kenapa job trainingnya tidak salah satu saja, setidaknya menghemat biaya dan waktu.

Pertanyaan "Udah nyusun, ya?" itu akan menjadi pertanyaan yang menjijikkan buat kami. Enggan menjawab, malas menanggapi, cuma bisa senyum kecut. Agak kesal rasanya ketika teman-teman di jurusan lain sudah mengajukan usmas (usulan masalah) di semester tujuh bahkan ada salah satu kawanku di fakultas Peternakan yang sudah lulus kemarin bulan November. Kesal juga ketika tahu bahwa teman-temanku di kampung halaman juga sudah ada yang mulai menyusun skripsi sementara aku dan teman-teman Jurnalistik semester tujuh masih berkutat dengan tugas, apresiasi, dan proposal seminar. Kesal juga dengan tanggapan dari teman-teman jurusan lain kalau tahu kami sedang mengerjakan tugas kuliah "Hah? Masih ada tugas hari gini? Ckckck.." rasanya pingin nimpuk kepalanya.

Jadi saudara-saudaraku, bila kalian bertemu dengan salah satu dari kami, mahasiswa jurusan Jurnalistik Fikom Unpad semester tujuh, kalau bertanya soal kelulusan dan kami jawab kami belum siap, jangan pikir kami adalah anak-anak yang malas karena sampai semester tujuh pun belum kesampaian memikirkan skripsi. Inilah jawaban kami. Kalau bisa, tanggapi dengan pernyataan lain ketika kami menjawab bahwa kami sekarang sudah semester tujuh (sebentar lagi delapan) dengan pernyataan-pernyataan sebagai berikut:
- "Wah, udah semester tujuh? Semoga cepet selesai, ya semuanya," (dengan senyuman dan doa yang tulus!)
- "Wah, udah semester tujuh? Sukses ya, job trainingnya!" (dengan senyuman dan doa yang tulus!)
- "Wah, udah semester tujuh? Saya ada link dengan orang media, nih.. kamu bisa job training di sana. Hubungi saya aja," (dengan senyuman dan doa yang tulus!)
- "Wah, udah semester tujuh? Semoga lancar terus kuliahnya," (dengan senyuman dan doa yang tulus!)

dan sebagainya. Kalian boleh membuat pernyataan lain asal tidak menyangkut soal 'udah nyusun skripsi' atau 'kok masih kuliah?'. Mungkin kalau pertanyaan "Wah, udah mau lulus, ya?" itu agak menyinggung kami juga, tapi ada benarnya juga kok pertanyaan itu. Kami memang sudah mau lulus, tapi agaknya masih jauh :") senyum aja, deh....

Makanya, anak-anak Jurnalistik Fikom Unpad jarang sekali ada yang bisa lulus pas 4 tahun. Mitosnya, kuliah di Jurnalistik itu lulusnya paling cepet (mayoritas) adalah 5 tahun walaupun ada juga yang lulus 4 tahun lebih sekian bulan, tetap saja lebih dari 4 tahun. Makanya juga, aku suka bilang ke teman-teman seangkatan dari jurusan lain atau fakultas lain atau universitas lain yang sudah menyusun skripsi "Yailah, selow aja kuliah, mah. Buru-buru amat mau lulus, haha..". Dalam kalimat itu ada seriusnya ada bercandanya juga. Ada bahagia dan ada sedihnya juga.

Tulisan ini bukan semata-mata dibuat sebagai keluhan melainkan sebagai bentuk penjelasan dan verifikasi dari kami mahasiswa jurusan Jurnalistik Fikom Unpad semester tujuh dalam mengahadapi pertanyaan-pertanyaan yang sudah dikisahkan di atas. Pengalaman serupa mungkin juga akan dialami oleh adik-adik kami angkatan 2012. Entah apakah 2013 dan 2014 akan mengalami pengalaman yang sama karena kurikulumnya sudah berbeda dari kami, mereka sudah mengikuti sistem kurikulum 2013 sementara kami masih mengikuti sistem kurikulum 2007.

Tolong ingat. Kami bukannya anak-anak malas yang masih punya banyak tanggungan kuliah di semester tujuh. Itu bukan kuliah ngulang tapi memang mata kuliah di semester itu. Kami juga bukannya enggan lulus cepat, tapi inilah prosesnya. Inilah Jurnalistik Fikom Unpad, jurusan yang "katanya" paling berat di Fikom Unpad.

Buat teman-temanku Jurnal 2011, semangat ya semuanya! Semester tujuh kita akan berakhir bersama job training pertama kita! Sukses semuanya! Semoga kita secepatnya lulus dari sini! Kita bisa! Semangat wisuda Agustus dan November 2015! GANBATTE HWAITING!!!


With full spirit and love,
Arifina Budi A
210110110217

Comments

Popular posts from this blog

Guruku "tersayang" wkwkwk...

[Apresiasi Buku] Korean Cool: Di Balik Drama Reply 1988 sampai SMTown Paris 2012

Gadis Rantau #2: Antara Tempat Tidur dan Kamar Mandi