Turun ke Lapangan #1




Assalamu'alaikum wr.wb

Speechless.

Gimana, ya? Bahkan untuk memulai cerita ini pun aku bingung harus dari mana. Oke.
Jadi begini... Hari Selasa tepatnya tanggal 30 Oktober 2012 lalu, aku dan temen-temen seangkatan di mata kuliah Wawancara yang diampu oleh Bapak Sahala Tua Saragih atau yang biasa kami panggil Abang, diberi tugas mewawancarai seorang ilmuwan. Ya, waktu itu masih hangat-hangatnya berita tentang peraih penghargaan Nobel 2012. Ada 6 bidang yang diberikan di sana, yaitu Fisika, Kimia, Ekonomi, Kedokteran, Perdamaian, dan Sastra. Sebelumnya kami udah diajak untuk latihan membuat pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan ke narasumber dan topiknya bebas, salah satu dari ke-6 bidang itu. Aku sendiri memilih sastra soalnya aku nggak suka sama bidang yang lain, pusing euy...
Topik yang aku angkat yaitu "Mengubah dinamika kehidupan melalui sastra" dengan calon terwawancaranya...... belum ada. Oke, nggak apa-apa kata Abang.

Nah, jadi kami setiap kelas akan dibagi menjadi enam kelompok yang mana setiap kelompok akan mewakili satu bidang penghargaan Nobel. Walaupun kelompok, tugas ini tetep dilakukan sendiri-sendiri. Aku berharap banget dapet bidang sastra, habisnya bahasan-bahasan di bidang lainnya, tuh aku nggak ngerti dan cuma di bidang sastra lah yang banyak timbul pertanyaan di benakku.
Sayangnya, waktu pembagian kelompok diumumkan oleh Pak Rana, namaku disebut di kelompok.... Fisika.

Okesip.

Fisika. Satu-satunya pelajaran yang aku benci sejak SMP bahkan sampai menjelang UN SMA. Parah ini. Dan kerennya lagi, dalam penghargaan Nobel Fisika 2012 ini bahasannya adalah mengenai Fisika Kuantum. Nahloh! Semakin bingunglah aku mau membahas topik tentang apa.

Selama belajar wawancara, berdasarkan buku-buku rekomendasi dari Abang yang sudah khatam kami baca, kami sudah mengerti bahwa dalam melakukan wawancara kita harus mempersiapkan diri terlebih dahulu. Kita harus mengenal topik yang akan kita ajukan kepada narasumber, kita harus mengenal narasumber, kita harus mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan, dan kita harus mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan selama wawancara tersebut. Pun di kelas waktu itu, Abang tetap berpesan kepada kami agar terlebih dahulu mempelajari bahasan bidang Nobel yang kami peroleh.

Waktunya hanya seminggu dan Abang tidak merekomendasikan kami untuk melakukan wawancara pada hari Senin supaya persiapan penulisan laporan wawancaranya juga tidak terburu-buru. Dan lagi, narasumber kami tidak boleh ada yang sama. Jadi, satu narasumber hanya untuk satu orang. Huft.

Baiklah.
Hal pertama yang harus dilakukan adalah mencari narasumber. Betapa susahnya mencari narasumber yang kredibel dan sesuai dengan topik. Sebenarnya, ini bukan pengalaman pertamaku melakukan wawancara. Aku sendiri aktif di lembaga penerbitan pers mahasiswa di Fikom dan pernah mewawancarai dosen ITB untuk tulisanku di majalah kampus tersebut. Waktu itu mudah saja bikin janji sama dosen ITB tersebut, tapi ternyata untuk yang kali ini nggak sesederhana itu.

Mencari Narasumber
Siang harinya, masih pada hari yang sama, aku langsung sms bapak, meminta kontak temennya bapak yang sekiranya bekerja di LIPI di bidang fisika. Tak lama berselang, bapak membalas smsku dan memberikan nomor kontak Pak Pramono, peneliti bidang fisika di LIPI. Aku pun pada sore harinya langsung menghubungi beliau. Aku sebutkan nama, statusku sebagai mahasiswi jurusan jurnalistik Fikom Unpad, keperluan, dan topik yang akan diajukan untuk wawancara.
Harus sabar memang menunggu jawaban dari calon narasumber, apalagi ilmuwan atau dosen yang sudah terbilang sibuk. SMSku sendiri baru dibalas pada pagi harinya, Rabu (31/10) sekitar pukul 06.17. Jawabannya apa??
Ternyata Pak Pramono sudah nggak berposisi di bidang fisika lagi, beliau sudah pindah ke bidang Polimer. Nah, tapi beliau baik banget karena langsung ngasih rekomendasi calon narasumber lain yang lebih cocok di bidang fisika kuantum, yaitu Pak Handoko. Katanya, Pak Handoko ini selevel dengan Yohannes Surya. Waaahh, aku langsung antusias dong!

Sekitar pukul 09.00 Pak Pramono mengirimkan kontaknya Pak Handoko. Setelah mendapatkannya, aku langsung menghubungi Pak Handoko. Untungnya, nggak terlalu lama juga balasan smsnya. Beliau bilang silakan saja kalau mau wawancara, beliau hari Senin sampai Kamis ada di Bandung, selain itu di Depok, tapi hari Kamis beliau mau ke Jakarta. 

Hiyaaaaaaaaaaaahhhh.... aku langsung panik. Kalau hari Kamis nggak bisa, berarti Jumat sampai Minggu lebih nggak bisa lagi. Satu-satunya waktu yang ada, ya cuma hari Rabu ini, pas sore-sore. Tapi aku sendiri kalau memang harus wawancara sore itu pun belum siap. Aku belum belajar banyak tentang fisika kuantum, termasuk penemuan si peraih Nobel Fisika 2012 ini. 

Bingung.

Waktu itu situasinya aku sedang bersama dua orang temanku, Ayu dan Tari. Mereka bilang, ya udah hari ini aja kalau besok memang nggak bisa. Akhirnya, aku tanya lagi sama si bapak apakah sore ini bisa? Ternyata... sore itu Pak Handoko sudah bertolak ke Jakarta.

Oke. Nangis.

Ah, nggak juga. Setelah itu aku pun langsung menghubungi Mbak Gagas, kakakku yang kuliah di ITB. Dia memberi kontak temennya yang kuliah di Fisika dan segera aku hubungi temennya itu. Temennya ini memberiku dua rekomendasi. Nah, sebelum itu, Nawan, temen yang juga harus mewawancarai ilmuwan fisika, minta bantuan untuk mencari narasumber. Kebetulan temennya Mbak Gagas itu memberi dua rekomendasi, jadi salah satunya aku kirim ke Nawan. 

Lagi-lagi.. nggak semudah memasukkan motor ke garasi kosan =="
Calon narasumber yang aku hubungi ternyata menolak untuk diwawancarai dengan alasan itu bukan bidangnya. Omejiii... Terus aku, kan minta rekomendasi, sekiranya siapa ya yang bisa diwawancarai, tapi beliaunya malah nyuruh nanya ke temennya kakakku itu tadi.

Hampir frustasi. Oke.

Hari Rabu malam harinya, Nawan udah menghubungi calon narsum yang aku berikan tadi dan dia juga ditolak tapi dikasih dua rekomendasi, yaitu Pak Freddy Zen dan Pak Bobby Eka Gunara. Nawan pun minta tolong dicarikan kontak keduanya sama aku. Akhirnya, aku coba cari kontak dua-duanya. Malam itu bener-bener ngerasa bertempur demi kontak calon narasumber. Situasinya udah bikin panik meski itu masih hari Rabu. Waktu itu kebetulan temen-temen yang ada di ITB lagi online facebook, langsung aja aku kirim chat ke mereka, menanyakan kontak dua calon narsum tadi.

Aku juga mencoba googling, siapa tau nomor kontaknya dipost di web gitu. Eeeehhh, ternyata ada juga! Tapi cuma nomor kontaknya Pak Freddy. Karena udah malem, maka aku putuskan untuk menghubunginya besok pagi aja. Sedangkan Pak Bobby, oleh temenku Najma aku diberi link akun facebooknya dan juga link akun facebook teman kami, Anna, yang merupakan anak Fisika ITB juga.

Besoknya, aku langsung menghubungi Pak Freddy melalui sms dan Pak Bobby melalui facebook. Pak Freddy langsung membalas pesanku dan langsung nentukan waktu yaitu hari Jumat pukul 15.00. Sedangkan Pak Bobby membalas agak siang, langsung menentukan waktu juga yaitu Jumat pukul 14.00.

OKESIP!
Kalau begitu, aku dan Nawan bisa getting bareng. Aku memutuskan untuk mewawancarai Pak Bobby aja, jadi Pak Freddynya aku berikan ke Nawan. Sayangnya, Pak Bobby ketika ditanyai nomor kontak yang bisa dihubungi beliau menolak memberikannya, katanya "via FB saja dulu.." oke, jadi mau nggak mau aku harus mengaktifkan paket internet supaya bisa kontak-kontakan sama Pak Bobby. Duit lagi =="

Belajar lagi Fisika Kuantum
Bahkan untuk mendalami materi ini aku sampai nanya-nanya ke Bayu, temen SMA yang sekarang kuliah di Elektro UGM. Pagi-pagi hari Rabu pas banget dia online facebook, langsung aku minta dia menceritakan sekelumit tentang fisika kuantum. Sebenarnya, semalam sebelumnya aku juga udah mencari-cari informasi tentang itu, tapi belajar pake guru lebih enak kali ya?

Selain tanya ke Bayu, aku juga cari jurnal-jurnal dan makalah di google. Ada satu tulisannya Yohannes Surya dan itu banyak banget rumusnya o.O
Walaupun nggak ngerti secara menyeluruh, alhamdulillah setidaknya aku mengerti sedikitlah. Pokoknya teori fisika kuantum itu berguna untuk pembuatan komputer yang dikenal dengan nama kuantum komputer. Tapi, meski aku udah sedikit mengerti tentang ini, aku masih bingung tentang topik yang akan dibahas waktu wawancara nanti ==" 

Wawancara
Hari Jumat pun tiba. Aku berangkat dengan Nawan secara terpisah. Karena aku harus wawancara duluan, jadi aku berangkat duluan. Sebelum berangkat, tepatnya sekitar pukul 11.00 aku menghubungi lagi Pak Bobby melalui FB untuk mengkonfirmasi. Beliau bilang tunggu aja di lab. fisika dasar ITB jam 13.30. Jadilah aku berangkat pukul 12.30.
Mepet banget, sih iya.. soalnya aku sebelum itu masih menyusun pertanyaan yang kata Abang minimal kita harus mempersiapkan 20 pertanyaan. MINIMAL, bro...

Pukul 12.30 aku berangkat dan dengan nekatnya aku hanya membawa 18 pertanyaan. Okelah, gapapa.. ntar juga nggak semuanya ditanyain, pikirku. Sampai di ITB pukul 13.41, aku maish harus mencari di mana lab, fisika dasar itu. Aku lihat di peta dekat lapangan basket dan aku bingung gimana bacanya. Akhirnya aku coba masuk aja ke dalem. Telepon Mbak Gagas nggak diangkat-angkat dan aku bingung mau nanya siapa. Sekali, sih nanya ke satpam lab. fisika dasar di mana, tapi Pak Satpamnya nggak tau, bbzzzzttt =="

Akhirnya, setelah bolak-balik FMIPA-Perpustakaan dan berkeringat, ketemu juga tuh, labnya yang menurutku sungguh terpencil. Huft.
Parahnya, aku baru sampai di sana pada pukul 14.15. APA-APAAN INI???? Ini udah bukan terlambat lagi namanya, bzzzttt ==" Aku pun langsung menghubungi Pak Bobby, minta maaf kalo aku baru nyampe di lokasi karena kesasar. Nggak lama kemudian bapaknya bales "Saya sudah pulang. Coba sj Senin pk 11" HUAAAAAAAA >,< WAWANCARAKU DITUNDA HIKSHIKSS!!!

Yaudah, deh ya... mau gimana lagi. Aku berusaha ngelobi bapaknya apakah hari Sabtu bisa dan beliau bilang nggak bisa. Yasudahlah, hari Senin.. oke.

Akhirnya, hari itu aku nemenin Nawan wawancara dengan Prof. Freddy Zen yang baiiiiikk banget. Seru banget wawancara sama beliau. Kami berdua bahkan diajari teori fisika kuantum, beliau corat-coret rumus di papan tulis :O
Seru banget!

Oke, lanjut...
Hari-hari menjelang hari Senin aku merasa was-was, takut wawancaranya ditunda lagi sedangkan aku nggak punya cadangan narasumber. Dan lagi, Nawan nggak bersedia nemenin aku wawancara.Agendaku pun bertambah: nyari temen buat wawancara. Setelah tanya sana-sini, akhirnya ada juga yang mau nemenin soalnya dia sekalian mau ke stasiun =="

Karena nggak mau terlambat lagi, aku berangkat dari Nangor pukul 09.00 bersama Mbak Hella. Untungnya, kami bisa berangkat lebih awal, sekitar pukul 08.50. Sampai di ITB juga sangat awal, yakni pukul 09.40. Sembari menunggu, kami berdua jajan buah dulu hehehee..

Pukul 10.25, dari taman Masjid Salman kami beranjak ke kampus ITB. Waktu itu Pak Bobby menyuruhku menemuinya di ruangannya di Gedung Fisika. Untungnya waktu hari Jumat kemarin sudah pernah kesana, jadi nggak akan kesasar lagi. Nah, yang sulit, tuh nyari ruangannya Pak Bobby yang ternyata jauh terpojok di belakang. Huft.
Sampai di depan ruangannya, aku langsung kirim message ke FB nya, ngasih tau kalau aku sudah sampai. Nggak ada balesan. Aku dan Mbak Hella pun duduk di beton dekat taman. Pukul 10.45 Pak Bobby datang, tapi beliaunya mau ke poliklinik dulu, jadinya kami berdua harus menunggu lagi.

Dan......... akhirnya sekitar pukul 11.05 wawancara dimulai. Karena Pak Bobby hanya menyanggupi setengah jam, maka sekitar pukul 11.45 kami sudah selesai (rata-rata temen-temen wawancaranya sejam). Ffffuuuuuuhhhh.. legaaa rasanya udah wawancara meski harus mengorbankan dua mata kuliah U,U Nanti malam tinggal menulis laporannya :)

Seru!
Pengalaman kali ini seru banget! Mencari narasumber ternyata nggak mudah. Selain harus sesuai dan menguasai topik wawancaranya, kita juga harus melakukan negosiasi waktu dengan calon narasumber. Jangan sekali-kali terlambat datang untuk wawancara, jangan buat narasumber menunggu karena bisa aja kita kehilangan narasumber selamanya.

Pengalaman kali ini juga beda dari biasanya. Kalau aku wawancara, dulu pas mau menulis untuk  majalah kampus dan tugas lainnya, rasanya gampang-gampang aja gitu menentukan waktu, tapi yang kali ini cukup menguras tenaga dan pikiran dan keuangan juga. Aku bersyukur karena masih jauh lebih beruntung ketimbang temen-temen lainnya. Ada yang wawancara sampai ke Jakarta, ada yang sudah menghubungi 16 orang tapi semuanya menolak (oke, ini ngenes banget), ada yang narasumbernya tiba-tiba "menghilang", dan sebagainya.
Tapi, banyak juga yang narasumbernya orang-orang hebat  dan keren. Temenku yang bagian sastra ada yang wawancara Jakob Soemardjo dan Taufik Ismail. Yang di Fisika ada yang mewawancarai Yohannes Surya, dan sebagainya. Wuuhhhuuuwwww...

Tugas berikutnya nanti, Praktik Lapangan 2 (PL2) kami disuruh wawancara penulis terkenal. Wuih! Yang ini aku bakal lebih bersemangat kayaknya. Aku pengen mewawancarai Andrea Hirata atau Dewi Lestari :D
Nanti kami juga akan diberi tugas mewawancarai anggota DPR. Huft.

Yang jelas, mata kuliah wawancara yang diampu oleh Abang ini emang luar biasa! Abang dengan 'kebijaksanaannya' membiarkan kami bertemu dengan orang-orang penting dan orang-orang yang kami kagumi.  Khusus yang wawancara ilmuwan ini, Abang bilang "Kapan lagi Anda dapat kuliah gratis?" Selain itu, dengan materi Nobel ini, kami jadi merasa sangat pandai HAHAHAHAAA.. ternyata belajar itu menyenangkan, teman-teman :)
Banyak ilmu itu asik! Banyak kenalan itu seru! dan wawancara itu.........

Nantikan Turun ke Lapangan #2 yoowww ^^

Comments

Popular posts from this blog

Guruku "tersayang" wkwkwk...

[Apresiasi Buku] Korean Cool: Di Balik Drama Reply 1988 sampai SMTown Paris 2012

Gadis Rantau #2: Antara Tempat Tidur dan Kamar Mandi