Halaman Pertama


Halaman pertama
Biasanya menjadi pembuka sesuatu. Terserah. Terserah apa itu.
Pertama selalu menjadi awalan sebuah aksi. MULAI, kata orang-orang.

Aku mulai dengan ketegaran, bak sebatang lilin dengan ujung api kecilnya.
Ketika sudah menyala, maka sudah saatnya bekerja, menerangi gelap.
Ketika sudah menyala, pertanda harus meMULAI dan membuka sesuatu.

Tegar, satu.
Menyala, dua.
MULAI, tiga.

Ah, mulai saja dulu!


Tak ada yang tahu kapan sesuatu itu akan berantakan.
Tak ada yang merencanakan kehancuran akan datang kepadanya setelah perMULAIan itu dilakukan.

Tapi, kehancuran itu selalu indah.
Tidak selamanya kita menangis di atas kehancuran.
NIKMATI! Begitu katanya.

Lilin selalu memiliki cerita yang bermakna.


Kemudian susun lagi rencana, mematangkan segalanya, bangun lagi, tegar lagi.

Ini proses.
Ini perMULAIan,
Ini sebuah kisah.
Cerita yang tak ada habisnya.

Kita akan mulai dari sini.


Sampai waktunya kita benar-benar tegar tegak berdiri.

Menyalakan lagi lilin yang satu.
MeMULAI lagi untuk berlari.
MeMULAI lagi untuk berkisah.
MeMULAI lagi untuk berdiri.
MeMULAI lagi untuk hancur.


Suatu hari...

di Halaman Pertama...

arifina007


Comments

Popular posts from this blog

Guruku "tersayang" wkwkwk...

[Apresiasi Buku] Korean Cool: Di Balik Drama Reply 1988 sampai SMTown Paris 2012

[REVIEW] Bersenang-senang Membaca "Sirkus Pohon"